banner-detik
TRAVEL

Ke Raja Ampat Bawa Bayi

author

astrihapsari03 Dec 2013

Ke Raja Ampat Bawa Bayi

Berlibur ke Raja Ampat membawa bayi? Hmmm… Kedengarannya not good idea ya. Tapi meninggalkan Aleisha (1 tahun) di Sorong tidak mungkin. Kan Utie dan Akungnya juga ikut ke Raja Ampat :D Meninggalkan di penginapan biar saya bisa puas keliling dan snorkeling, bikin kepikiran. Karena Aleisha masih ASI. Saya nggak punya stok ASIP selama mudik ke Sorong. Dan snorkeling di Raja Ampat yakin deh nggak akan cukup waktu tiga atau empat jam. Alhasil saya cuma bisa pasrah. Menghabiskan tiga hari di Raja Ampat hanya berkeliling dari satu pantai ke pantai lainnya. Eits, tetap aja beda lho pantai di Raja Ampat. Yang penting si gendhuk bisa ikut menikmati liburannya ke Raja Ampat. Nah berikut saya ingin menceritakan pantai-pantai yang cocok jika membawa anak kecil. Ketiga pantai ini bisa ditempuh via jalur darat. Kasihan kalau genduk harus naik boat dan kena angin kencang.

Pantai WTC

20131129093037861

Bukan World Trade Center yang ada di Amerika sono lho. Pantai WTC ini ada dua versi untuk kepanjangannya. Waisai Tercinta dan Waisai Torang Cinta. Buat saya sih, whatever..hehehe. Konsep pantai WTC menurut saya agak mirip dengan pantai Losari. Tulisan WTC-nya besar sehingga menjadi salah satu tempat untuk bernarsis ria alias foto-foto. Lalu, di areal sekitar WTC dibuat bangunan ruang terbuka yang cukup luas. Awalnya pembangunan di pantai WTC untuk pergelaran Festival Raja Ampat. Sayangnya, saat saya ke sana kondisi bangunan sudah banyak yang rusak. Tugu lumba-lumba yang menjadi ikon WTC, penuh coretan. Indonesia banget ya :) Nggak bisa lihat barang bersih dikit :p

20131129093259560

Aleisha suka sekali main di sekitar pantai WTC. Kebetulan waktu itu beberapa anak asli Raja Ampat sedang bermain kejar-kejaran. Aleisha langsung bergabung dan ikut main. Walaupun berpasir hitam dan kurang cantik untuk ukuran Raja Ampat, hembusan angin sorenya sangat segar. Tapi karena ombak sedang pasang, kami tidak bisa jalan-jalan menyusuri pantainya. Dan menjelang Maghrib, pasangnya semakin menjadi. Bahkan pecahan ombaknya sampai menyembur ke atas bangunan WTC yang cukup tinggi. Usai berfoto dengan latar senja, kami pun kembali ke penginapan.

DSC_0829

Waiwo Dive Resort

DSC_0037

Perjalanan Waiwo, kami tempuh melalui darat. Kurang lebih 20 menit dari penginapan Najwa Indah, Waisai. Sebenarnya jalanan sudah mulus. Tapi… sempit, berkelok, naik turun, dan di sekitarnya hutan. Aleisha sangat menikmati perjalanannya. Sebentar-sebentar ia melongok ke kaca. Melihat saya, yanda, dan omnya di bak belakang. Sedang saya, sibuk memegangi jilbab yang nyaris terbang.

Sampai di pintu masuk Waiwo, saya langsung takjub disambut pohon-pohon besar. Rasanya adem dan sejuk. Jadi pintu masuk Waiwo via jalur darat itu lewat hutan. Nggak kelihatan sama sekali pantainya. Hutannya nggak serem kok. Sesekali terdengar nyanyian burung hutan. Sayang nggak kelihatan burungnya karena tertutup lebatnya pepohonan. Aleisha tampak riang menyusuri jalan setapak menuju resort. Di kanan kiri jalan setapak dipasang lampu. Sepertinya untuk penyinaran di malam hari.

Setelah kurang lebih 20 meter berjalan, tampaklah resort-resort cantik milik pribumi. Iya… Waiwo ini bukan milik bule. Makanya harga sewa resort ini cukup murah untuk ukuran Raja Ampat. Resortnya juga nyaman banget. Insya Allah kalau nanti dikasih rezeki lagi, pingin menginap di Waiwo. Dan… tak lama kemudian… jreng… jreng… tampaklah pasir putih dan laut biru yang super bersih. Arrrgghhh…. Nggak tahan pingin nyebur. Tapi nggak bisa karena saya datang terlalu pagi. Air lautnya masih pasang. Huft… baiklah. Kita jalan-jalan dulu. Aleisha biar sama Utie dulu. Anginnya kenceng banget.

20131129092906164

Saya, suami, dan adik menuju jembatan apung. Dari jembatan ini kita bisa melihat ikan warna-warni. Nah kebetulan dari Sorong, kami membawa roti tawar yang hampir seminggu nggak habis-habis. Mudah-mudahan ikannya nggak mabok. Hihihi…. Urusan kasih makan ikan nanti dulu. Yang penting adalah foto-foto. Jepret… jepret…. Rasanya kurang lengkap foto-foto tanpa Genduk. Jadilah yandanya menjemput Aleisha.

export

Usai foto-foto, waktunya kasih makan ikan. Aleisha juga ikut sibuk. Sebentar-sebentar minta remahan roti tawar. Rebutan sama omnya. Ketika remahan roti terjatuh ai atas air laut, puluhan ikan warna-warni menyerbu. Aleisha berteriak kegirangan.

“Ikan… ikan….”

20131129101758876

Pantai Saleo

Sebenarnya belum puas menikmati Waiwo. Namun berhubung air lautnya masih pasang, ayah saya mengajak kami ke Pantai Saleo. Kurang lebih 15 menit perjalanan dari Waiwo. Dan melewati Bandara Waisai. Jangan ditanya bandaranya kayak apa. Lha wong yang bisa masuk cuma pesawat jenis Twin Otter :D

20131129095841776

Jalan menuju Pantai Saleo lebih berkelok. Ditambah tanjakan dan turunan yang cukup curam. Buat saya sih biasa. Soalnya saya sudah pernah tinggal lama di Papua. Jalan masuk ke Saleo belum dibuat serapih Waiwo. Masih berupa semak belukar. Beberapa jalan berlubang pun menjadi kubangan karena terisi air hujan.

Tapi begitu sampai pantainya, wuihhhh tetep aja bagus. Raja Ampat gitu. Nah di Pantai Saleo lebih ramai dibanding Waiwo. Maklum, Waiwo kan resort. Jadi pengunjungnya terbatas. Sedang di Saleo, lebih bebas. Siapa pun boleh masuk. Pondokannya lebih sederhana. Kami menyewa satu honai untuk istirahat Aleisha. Akungnya khawatir Aleisha masuk angin. Memang sih musim angin selatan membuat angin bertiup sangat kencang.

Di Saleo kami hanya jalan-jalan menyusuri sepanjang pantainya. Beberapa sampah berserakan. Namun itu sampah organik seperti dedaunan atau rumput laut yang terbawa ombak. Tapi sebenarnya kalau dirawat atau ada petugas yang rutin mengambil sampah-sampah organik, Saleo pasti terlihat lebih cantik.

20131129101945322

Di dekat honai, Aleisha asyik bermain bersama Utienya. Ia tertawa gembira menapakkan kakinya tanpa alas di atas pasir. Kayak orang udik. Hihihi…. Wajar sih. Soalnya kalau di rumah Bekasi dipakaikan sandal terus sama eyangnya. Lebih heboh lagi ketika dia menemukan umang-umang. Oalah, Nduk, jauh-jauh ke Raja Ampat kok nyari umang-umang tho. Oh iya, di Saleo, Aleisha mengenal satu jenis spesies khas Papua. Kus kus. Lucu banget kayak boneka.

Nah, karena hanya tiga hari dua malam, plus bawa bayi, kami tidak bisa mengunjungi lebih banyak lagi lokasi di Raja Ampat. Memang ya tidak direkomendasikan membawa bayi ke sana. Saya punya rencana kembali ke Raja Ampat karena masih penasaran dengan Wayag, Teluk Kabui, Mayalibit, Saonek, dan banyak lagi. Insya Allah dua tahun ke depan saya ingin kembali menyusuri Raja Ampat. Bertiga dengan suami dan adik saya. Aleisha? Tinggal aja di Sorong sama Utienya. Bikin emaknya nggak bisa snorkeling :D Ada yang mau ikut?

*thumbnail dari sini

Share Article

author

astrihapsari

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan