Sorry, we couldn't find any article matching ''
Mom Lit: The Crossfire Series
Saya sering melihat ketiga buku ini di Periplus. Tapi saya tidak pernah tertarik, bahkan untuk sekedar melihat-lihat. Alasannya sesederhana : bagi saya, buku-buku ini cuma cashing in on fenomena 50 Shades of Grey yang super heits itu. Mulai dari desain sampul bukunya yang senada, sampai isi ceritanya (yang saya prediksikan dari summary di belakang buku). Saya tidak tertarik. Menurut saya, Crossfire series itu UUD, ujung-ujungnya duit. Seperti ketika kesuksesan Twilight diikuti dengan munculnya buku-buku sejenis (diam-diam saya pikir apa para penulis “lanjutan” itu gak malu ya ketauan mencaplok idenya Stephenie Meyer – coincidentally penulis 50 Shades of Grey konon fans beratnya Twilight). APALAGI, saya sudah (mencoba) membaca 50 Shades of Grey, and my verdict? B.O.R.I.N.G. I didn’t even finish half of the book (what a waste of money – yap, saya beli edisi cetaknya bukan nyari file pdf-nya di internet).
*gambar dari sini
Tapi dari hasil nongkrong-nongkrong di thread mom-lit, jeung nandaaadudutz ternyata merekomendasikan Crossfire series ini. Mulailah saya tergelitik rasa penasarannya. Menolak untuk tertipu kedua kalinya (sorry, Christian Grey ! There’s only so much inner goddess that I could take), saya pun cari review dulu di internet, apa pendapat para pembaca tentang serial ini. Surprisingly, banyak yang bilang bagus, bahkan lebih bagus daripada 50 Shades of Grey ! OK, saya resmi penasaran. Tapi masih ogah rugi. Jadi, kali ini, saya cari pdf filenya di internet. And I finished those three books in what? 3 days? 5 days? Obviously, so much faster than when I read the Christian Grey series. Here’s my verdict (will keep it to minimum spoiler)
WHAT I LIKE
WHAT I DISLIKE
So, is it recommended or not ? Yes, I’d still recommend the Crossfire series over the Grey series. I think it is a very enjoyable reading for Mommies. But I don’t think I will continue to read book number 4 and number 5 though.
P. S : Saya sudah melihat versi terjemahan Bared to You (Terbuka Untukmu) dijual di Gramedia. Di bungkusnya ditempeli stiker KHUSUS DEWASA. Saya belum lihat terjemahannya seperti apa, tapi rasanya ada istilah-istilah yang akan ‘aneh’ kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. So I suggest, try to read the English version first.
P. S. S : This writing would be incomplete without answering the obligatory question of “How would Gideon Cross look like in real life ?”. In my opinion, this fine man is how I imagine Gideon Cross would look like:
*gambar dari sini
His name is Eduardo Verastegui. He would be my number one pick to play Gideon Cross (kalau sampai dibuat filmnya). Who would be your number one pick?
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS