banner-detik
FEATURED

Click To Save

author

adiesty22 Nov 2013

Click To Save

Setiap kali nonton berita di televisi, pasti ada saja berita yang bikin jantung deg-degan. Kalau nggak soal pejabat yang korupsi, tindak kriminal atau bahkan kekerasan terhadap anak-anak, termasuk pemberitaan yang berkaitan dengan bencana :( Duh! Kalau boleh memilih, akhirnya saya akan jauh lebih senang nonton Thomas and Friends bersama Bumi.

Ngomongin soal bencana, saya jadi ingat beberapa waktu lalu salah satu teman baik ada yang terkena musibah. Rumahnya di kawasan Pasar Minggu kebakaran. Alhasil, lantai atas rumah kawan saya ini habis dilahap api. Untungnya saja kebaran tersebut sama sekali nggak memakan korban. Katanya, sih, kebakaran tersebut terjadi lantaran korsleting.

“Nggak tahu, nih, kenapa bisa korsleting kaya gini. Mungkin saja korsleting ini akibat pemakaian listrik di rumah gue terlalu berlebihan. Setiap malam kalau sudah mau tidur, orang di rumah gue kebiasaan nggak pernah matiin listrik, sih,” sesal teman saya.

Ternyata kasus kebakaran yang terjadi di wilayah Jakarta memang mayoritas disebabkan oleh hubungan arus pendek listrik. Artinya, jumlah terbanyak penyebab kebakaran ini lantaran korsleting listrik, seperti yang dialami teman saya. Kondisi ini saya ketahui setelah membacanya dibeberapa situs berita.

Memang, sih, apa yang menimpa teman saya ini musibah yang datangnya sama sekali nggak bisa diguga dan pandang bulu. Tapi menurut hemat saya, jika kita mampu lebih hati-hati akan kondisi listrik di rumah, tentu musibah kebakaran karena hubungan arus pendek mampu dicegah.

Cara yang paling mudah dan sering saya aplikasikan di rumah adalah dengan mematikan lampu kalau memang sudah nggak dibutuhkan. Contohnya, memaksimalkan penggunaan cahaya alami, matahari. Kalau masih terang, lampu jarang sekali saya nyalakan. Selain itu, di keluarga kami memang punya kebiasaan untuk tidur dengan kondisi yang gelap.

Mengingat saat ini juga sudah banyak sekali jenis lampu yang dipasarkan, sekarang saya cenderung mengganti lampu konvensional dengan lampu LED. Walaupun harganya memang lebih mahal, tapi ini bisa jadi investasi juga, lho. Soalnya, selain umurnya lebih panjang, lampu jenis ini jauh lebih hemat energi.

Dengan hemat energi, selain bisa menyelamatkan keluarga dan lingkungan yang kita sayangi, kita pun bisa hemat pengeluaran. Seperti kampanye ‘Click to Save’ yang sedang lakukan Schneider. Di mana lewat kampanye ini Schneider ingin mengajak masyarakat untuk lebih hemat dan berhati-hati dalam menggunakan energi listrik.

Lagipula, seperti yang ditulis Lita dalam artikel ini, produk yang ditawarakan Schneider juga aman, khususnya untuk anak-anak di rumah. Dengan begitu, bisa kita jadikan sebagai upaya mencegah terjadinya kecelakaan atau musibah kebakaran.

Seperti yang tertulis di www.schneider-electric.com/id, alasan kenapa kita harus melakukan ‘Click to Save’ ini tentu nggak terlepas dari upaya menghindari terjadinya kebakaran akibat korsleting listrik. Di tahun 2012 saja Dinas Pemadam Kebakaran Pemrov DKI, sudah mencatat kalau kasus kebaran untuk wilayah Jakarta sudah mencapai angka 1.008, yang 663 kasus atau 66% diantaranya adalah akibat korsleting listrik. Mau nggak mau, kebakaran ini pun akhirnya menyebabkan kerugian material sebanyak Rp 290.304.480.000 sementara kerugian moril tidak dapat dikalkulasikan. Tentu kita nggak mau angka tersebut terus berkembang bukan?

Saat ini, lewat kampanye ‘Click to Save’ Schneider juga tengah mengadakan kontes untuk upload video mulai 1 sampai 30 November 2013.. Caranya mudah, kok, Mommies hanya perlu merekam video sepanjang 10 detik yang sedang menunjukan kalau Mommies sedang mematikan lampu. Kemudian, Mommies login dengan akun Facebook dan unggah videonya. Selain bisa mendapatkan hadiah menarik dari Schneider, partisipasi Mommies juga akan membantu orang lain karena akan ada 1 rumah sederhana akan mendapatkan Click To Save Package. Informasi yang lebih lengkap mengenai kontes ini bisa langsung Mommies lihat di www.schneider-electric.com/id, yah.

Yuk, kita mulai hemat energi untuk kebaikan bersama :)

 

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS