Sorry, we couldn't find any article matching ''
How to Handle 2, 3, or More Children
Mungkin karena beranak 4 masih termasuk mahluk langka, ya, jadi tiap kali ngider di forum Mommiesdaily ada saja yang tanya,"Gimana, sih, Mak ngurus anak 4? Gue baru melahirkan lagi, haduuhh, ini kakaknya yang kemarin sudah lulus toilet training malah ngompolan lagi."
Rasanya saya juga ngga ada resep khusus, deh. Dari yang sudah-sudah, saran paling berguna adalah: "Don't expect much" dan "Always have plan B" :D
Harusnya, sih, prosesnya sudah dimulai sejak si adik masih di perut, ya. Seperti yang pernah saya ceritakan di artikel "Menyiapkan Kakak Menyambut Adik Baru". Bersamaan dengan itu, kemandirian si kakak juga mulai dilatih. PeeR banget memang lagi hamil dan harus melatih toilet training (kalau belum lulus) atau belajar makan sendiri, misalnya. Tapi bila berhasil sebelum si adik lahir, nantinya bisa mengurangi beban dan waktu cukup banyak.
Jangan lupa, kemandirian anak akan terbantu kalau kita juga memudahkan aksesnya di rumah. Kalau tempat penyimpanan mainan, kue, dan barang-barang anak tidak terjangkau sendiri olehnya, jangan mengeluh kalau sedikit-sedikit anak akan,"Maaa, ambilkan itu, doongg" atau,"Maaa, aku mau iniiii."
Jadi, pastikan rumah child friendly,
1. Letakkan barang anak dalam jangkauannya, walau mungkin harus dibantu dingklik untuk mencapainya :D.
2. Pilih furnitur yang aman sebagai tempat barang-barang anak. Jangan sampai furnitur rapuh atau goyang dan runtuh ketika anak sedang mengaksesnya.
3. Pisahkan tempat penyimpanan barang anak dengan barang-barang kita yang sebaiknya tidak dimainkan anak. Koleksi make up mahal tidak berbahaya dimainkan anak, tetapi Mama pasti nangis kalau sampai blush on Bobbi Brown-nya remuk atau lipstik YSL-nya patah :D
4. Gunakan bahan-bahan yang aman untuk wadah barang atau kue anak. Kalau stoples kue anak pakai beling, kita akan cenderung menempatkannya jauh dari jangkauan anak.
5. Pastikan wadah atau kontainer barang anak mudah dibuka olehnya. Selain dari bahan, pilih wadah plastik yang bisa dibuka anak. Beberapa toples plastik memang aman bila jatuh, tapi sulit dibuka tangan anak. Ujung-ujungnya,"Maaa, bukakan doongg" setelah anak bisa mengambilnya sendiri dari rak.
Selain mendukung kemandirian kakak, berdayakan juga kakak untuk membantu kita. Saat mommy sedang mengurus adik, kakak bisa, lho, diajak untuk membantu. Bahkan kakak yang masih berusia 1-2 tahun sudah bisa mengambilkan diaper atau baju adik, misalnya. Saat memasak, kakak juga bisa membantu meongambilkan sayur atau bahan dari kulkas.
Untuk kakak yang adiknya sudah dua, bisa membantu mengurus adik yang besar. Dellynn (saat 6 tahun) bisa membantu menyeboki atau mengawasi Devan (3 tahun) saat BAB atau BAK.
Tadinya kalau mau BAB, saya harus menyiapkan toilet ring, membantu copot celana, mengangkatnya duduk di toilet, lalu nanti datang lagi saat perlu cebok dan memakai kembali celananya. Urutan ini bisa diperpendek saat saya memasang gantungan toilet ring yang bisa dijangkaunya, dan menyediakan dingklik untuk panjatan naik ke toilet. Apalagi ketika Devan sudah bisa copot-pakai celana dan baju sendiri, saya tinggal datang untuk cebok saja. Belakangan ini pun bisa digantikan oleh Dellynn atau Darris sampai bisa cebok sendiri, jadi akhirnya saya bisa lepas tangan urusan Devan ke kamar mandi.
Kadang pencapaian anak mengalami kemunduran saat adik barunya lahir. Kalau yang tadinya mau makan sendiri sekarang jadi rewel minta disuapi. Sebelumnya ngompolnya sudah tidak pernah bocor, eh, kumat lagi. Maklumi saja, tetap dilatih seperti sebelumnya. Anggap saja memang belum bisa. Biasanya kalau sudah pernah bisa, re-training akan lebih cepat berhasil, kok. Jangan lupa memuji saat kakak berhasil, yaa.
Kenali juga kegemaran si kakak. Mainan atau kegiatan apa yang dapat mencurikan waktu dari si kakak. Misalnya kakak kalau bermain Lego bisa tahan satu jam sebelum bosan, atau kalau mewarnai/menggambar bisa tahan setengah jam sebelum mulai, "Mamaaa ...". Manfaatkan kegiatan ini saat kita perlu waktu yang cukup untuk mengurus adik atau melakukan pekerjaan rumah yang tidak mungkin melibatkan si kakak.
Rancang atau stok mainan/kegiatan yang bisa dimainkan bersama. Pastikan mainan tersebut memenuhi persyaratan umur yang sesuai untuk si adik, ya.
O, ya, tanamkan untuk bersikap sama kepada kakak dan adik yang lebih besar. Kalau kakak dibelikan sesuatu, belikan adik juga. Sebaliknya, saat salah satu merugikan yang lain, samakan konsekuensinya. Ketika kakak dan adik merasa diperlakukan sama, ini mengurangi kemungkinan si kakak iri yang pada gilirannya bisa menyebabkan kakak hobi ganggu adiknya sebagai pelampiasan. Kerjaan Mama lagi, deh, kalau berantem melulu :D
Gimana, Mommies, masih kurang kiatnya? Atau ada trik lain yang mau dibagi dari pengalaman Mommies? Yuk, sharing di thread tentang ini di Mommiesdaily!
sumber gambar dari sini
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS