banner-detik
SHOPPING

Belanja Di Pas-Mod, Bintaro

author

ketupatkartini01 Mar 2013

Belanja Di Pas-Mod, Bintaro

 

Kalau bisa memilih, -dalam hal-hal lain dianggap sama/ceteris paribus (muncul juga istilah kuliah :p)-, mau belanja di pasar tradisional yang bau, kotor, sebagian masih berlantai tanah, dan gelap, atau di pasar modern yang bersiih, berlantai keramik, lengkaap dan terang benderang? (eh, tapi ini tidak bermaksud mendiskreditkan pasar tradisional, ya).

Pasar Modern, atau biasa kita sebut Pasmod, ini baru muncul pertama kali sekitar 5 tahun lalu. Kalau tidak salah, yang pertama lokasinya di BSD dan di Jakarta Utara. Pasmod ini berkonsep sama persis dengan pasar tradisional, hanya fasilitas dan prasarananya dibuat lebih lengkap, lebih maju dan modern. Yang di Jakarta dan sekitarnya saya yakin udah banyak yang jadi pelanggan tetap Pasmod, apalagi sekarang di hampir semua kawasan pemukiman baru pasti ada Pasmodnya.

 

 

Seperti pertanyaan saya diatas, sejak ada pasmod yang berjarak tidak sampai 10 menit dari rumah, praktis saya tidak pernah belanja di pasar tradisional lagi. Pertama, the obvious reason: kebersihan dan kenyamanan. Tak perlu repot menutup hidung dan menahan nafas karena bau sampah atau udara yang pengap. Saya pikir ada juga pasar tradisional yang sudah cukup tertata, tapi di sepanjang pengalaman saya ke pasar, belum pernah ketemu. Kedua, pasar modern=pasar serba ada! Bukan cuma urusan bahan makanan, mencari wallpaper pun ada disana. Apalagi seperti perlengkapan bayi, barber shop, seprai, you name itKetiga, pasmod itu surga kuliner loh! Jadi kalau mau cari kuliner yang lagi happening, atau menu-menu kreatif, disini tempatnya. Yang keempat, bisa belanja bareng keluarga. Jadi bapak-bapak yang sambil gendong anak, atau suster yang mengejar-ngejar balita, itu pemandangan umum banget di Pasmod! Bahkan bayi pun banyak yang sudah masuk pasar, walaupun saya belum pernah lihat ibu-ibu yang belanja sambil bawa bayi di stroller (memangnya mal? :D)

 

Soal harga yang katanya tetep aja lebih mahal dari pasar tradisional, hmm.. kalau cuma beda seribu untuk satu-dua ikat sayur-sayuran, mungkin masih wajar, ya? Tapi soal harga telur, daging sapi dan teman-temannya, tetap sama kok. Di sini naik, di sana juga naik. Coba saja dicek.

Oya satu lagi keunikan Pasmod, karena selalu berada di kawasan yang notabene pangsa pasarnya adalah kaum urban golongan menengah -yang sudah lebih sadar akan gaya hidup sehat-, disini banyak tenant yang membuka kedai makanan sehat. Misalnya gerai bahan makanan dan masakan organik, bubur bayi sehat homemade, mie ayam non-msg, dan bubur ayam kampung. Menarik kan?

Lalu kenapa bukan ke hypermarket yang jelas-jelas lebih lengkap untuk sekalian belanja kebutuhan rumah lainnya? Nah, transaksi ala pasar ini yang tidak bisa digantikan perannya oleh hypermarket, dan juga 'wisata kuliner' ala pasar tadi, sih, menurut saya. Juga perbedaan harga yang signifikan (jauh timpang dibanding perbedaan harga pasar tradisional vs Pasmod).

Kembali ke soal fasilitas, kebersihan dan kenyamanan. Kalau dilihat, semua Pasmod yang dibangun adalah pasar baru. Sebenarnya, kenapa, ya, tidak merevitalisasi pasar tradisional menjadi pasar modern saja? Oke, pastilah banyak kepentingan yang rumit, tetapi kalau ada goodwill, pasti bisa, kan? Karena biasanya pemilik lapak di pasar tradisional adalah pedagang kecil, tidak seperti tenant pasar modern yang pasti lebih mampu secara finansial. Sehingga nanti pasar-pasar tradisional itu tetap dengan nama semula -tanpa embel-embel modern-, tetapi kondisi dan fasilitasnya sebaik atau lebih baik dari pasar modern yang ada.

Ya, semoga :)

Share Article

author

ketupatkartini

-


COMMENTS