Menitipkan Anak Di Daycare

Sudah dua bulan ini saya menjadi ‘pelanggan’ daycare atau tempat penitipan anak. Berawal dari kepindahan tempat tinggal, anak saya yang selama 3 tahun pertama hidupnya diasuh oleh ibu saya selama saya bekerja, kini menapaki hari-hari baru di daycare.
Sebenarnya saya sudah tertarik menggunakan jasa daycare sejak anak saya berusia sekitar 6 bulan. Waktu tempuh perjalanan commuting ke tempat tinggal di pinggiran kota menjadi alasan utama. Tapi karena ibu saya masih ingin diandalkan untuk mengasuh Bumy, maka rencana itu belum diwujudkan.
Sekilas informasi dan kesan-kesan mengenai daycare yang kami gunakan:
- Ada layanan jemput ASI, webcam, dan antar-jemput anak dari dan ke sekolah.
- Beberapa hari dalam seminggu, di pagi hari anak-anak diajak mengikuti semacam “creative session.” Anak-anak diajak menggambar, mewarnai, atau crafting. Sampai sekarang saya sudah mengoleksi beberapa hasil karya Bumy seperti terompet tahun baru, topi hias, dan gambar-gambarnya.
- Dari segi ruangan, area tempat tidur bayi dan anak usia 2 tahun ke atas dipisahkan. Ada kamar terpisah buat anak yang sedang sakit, area makan, dan area bermain (indoor dan outdoor).
- Anak-anak dan bayi dapat bermain bersama. Beberapa daycare tidak menerapkan hal ini. Tapi Bumy justru bisa “klik” main bersama dedek-dedek bayi pada awal dititipkan. Nanny-nya mengajak ikut menyuapi dan menidurkan si dedek. Jadi pada hari-hari pertama, dia sangat excited menceritakan pengalamannya ‘mengurus’ si dedek.
- Orangtua bisa meminta beberapa hal disesuaikan untuk anak. Misalnya anak diharuskan makan makanan homemade saja, atau sarapan dengan buah saja, atau minta diajarkan mengaji (beberapa hal yang saya lihat di daycare).
- Anak saya yang memang sudah dasarnya sociable, semakin senang karena punya banyak teman bermain. Hal ini sangat berbeda dengan kondisi dulu di mana dia satu-satunya ‘bayi’ di rumah. Tapi kondisi 9 jam bersama sekian banyak teman tentunya juga bukan tanpa tantangan. Kadang anak saya berantem karena merebutkan suatu barang. Dari konflik ini, anak saya belajar bersosialisasi: memahami konsep berbagi, mengantri, , dan terbiasa berkata maaf kalau dia berbuat salah.
- Sebenarnya Bumy sudah lepas dari diapers, tapi seminggu pertama di daycare, dia beberapa kali pipis dan pup di celana. Ternyata hal ini wajar, anak dapat mengalami regression atau kemunduran saat sedang menghadapi perubahan dalam hidupnya.
Kondisi awal anak saya ketika dititipkan, yang paling jelas (dan predictable, sebenarnya) adalah mengalami separation anxiety. Hari pertama adalah yang paling berat, untuk Bumy, dan juga saya. Dia menangis dan menggenggam tangan saya keras-keras ketika akan ditinggal kerja. Saya juga menelpon ke daycare hampir sejam sekali! Hari-hari berikutnya, meskipun masih menangis, tapi durasinya berkurang, hingga akhirnya dua minggu kemudian, dia tidak menangis sama sekali.
Dari sini, terbentuk “ritual” kecil yang kami lakukan sebelum saya berangkat ke kantor.
Di perjalanan, sekitar 10 menit sebelum sampai di daycare, saya dan suami bertanya ke Bumy, “Nanti kalau mama papa kerja, Bumy nangis, nggak?” (jawabannya selalu “Tidak!” dengan lantang).
Lantas kami akan mengajaknya bicara tentang hal-hal menyenangkan yang sudah dan akan terjadi di daycare. “Kemarin Bumy naik ayunan ya? Asik, dong.” Atau “Nanti main lagi sama si A dan si B ‘kan? Seru banget pasti!” untuk membangun mood positif anak.
Saat tiba di ruangan daycare, sepertinya sudah menjadi kebiasaan daycare, ketika anak datang, teman-teman dan para nanny akan menyambut dengan riang, “Selamat pagi, Bumy!”
Saat akan berpamitan, saya berkata “Nanti sore mama jemput Bumy yaa, kayak kemarin.”
Dari pengalaman, sepertinya sudah menjadi aturan baku, kalau proses perpisahan dengan anak sebaiknya dibuat sesingkat mungkin. Karena semakin lama, anak akan semakin nagging, dan kita akan semakin tidak tega :)) Saya biasanya mencium kedua pipi anak, lalu berkata, “Mama kerja dulu ya, sampai ketemu nanti sore. Bye bye!” lantas segera keluar dari ruangan.
Saya ingat ada begitu banyak pertimbangan saat harus memilih daycare. Ada yang bisa menerima bayi sejak usia 3 bulan, ada yang mensyaratkan anak harus berusia 18 bulan atau bahkan sudah lulus toilet training. Apa saja sih yang perlu dicatat dan ditanyakan saat kita sedang mencari daycare? Mungkin ini bisa membantu.
- Bagaimana policy terkait anak sakit, pembayaran, telat jemput, dan hal-hal teknis lainnya.
- Seperti apa cara pendisiplinan anak di daycare tersebut.
- Apakah daycare mendukung permintaan kustomisasi terhadap rule khusus seperti yang saya tuliskan di atas. Misalnya pemberian asi ekslusif, makanan homemade, toilet training, kebiasaan khusus yg ingin ditanamkan, juga request untuk memperhatikan kekurangan anak yg perlu di-nurture, seperti keterlambatan bicara, belum kenal warna, dan lain-lain.
- Ketersediaan spot untuk anak kita dititipkan. Sebaiknya orangtua sudah menyurvei dan mem-booking 2-6 bulan sebelum waktu yang direncanakan. Banyak daycare profesional membatasi jumlah anak yang dititipkan pada satu waktu, jadi kadang kita harus ditaruh di waiting list. Mencari dan mensurvey daycare yang tepat juga membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
- Jarak dan waktu tempuh dari daycare ke tempat kerja.
- Fasilitas (kondisi bangunan dan pembagian ruang), jadwal rutin anak, dan keamanan daycare.
- Seperti apa nanny yang di-hire daycare tersebut, dari segi background, pendidikan, dan kesehatan.
- Lakukan trial terlebih dulu untuk melihat apakah anak mendapat “chemistry” dengan tempat tinggal barunya, dan apakah kita sendiri juga mendapat “chemistry” itu.
- Last but not least, kepo sebanyak-banyaknya :)) Mommies bisa mencari review seputar daycare yang dituju, atau jika perlu mengontak pembuat review tersebut.
Dari pengalaman ini, saya mencoba menarik kesimpulan, bahwa daycare dapat menjadi opsi bagi Mommies yang:
- Menjalani waktu tempuh commuting yang lama dari rumah ke kantor.
- Menginginkan tipe pengasuhan yang lebih “terpercaya” (meskipun ini sangatlah subyektif) dibandingkan anak diasuh oleh ART saja di rumah.
- Sudah capek gonta-ganti nanny yang bisa datang dan pergi sesuka hatinya.
- Tidak punya pengganti jika pengasuh utama anak sedang sakit.
Semoga sharing ini bisa membantu Mommies memilih daycare yang terbaik bagi putra-putrinya :D
Ibu satu anak. Was an SAHM for 2,5 years but decided that working outside home is one of many factors that keeps her sane. Grew up deciding not to be like her mother, but actually feels relieved she turns out to be more and more like her each day. She's on Twitter & IG at @rsktania.
thanks mommy-nya bumy… thanks for the useful sharing :)
btw bole share nama or cp daycarenya gak mom? tks :)
daycare rekomen dimana ya? Area jakarta & tangerang. tq
hai inidewi dan messya, info mengenai daycare bisa dilihat di thread daycare di forum. mohon maaf aku sengaja gak menyebutkan nama dan lokasi daycare-nya karena beberapa alasan :)
walau belum hamil, ide daycare ini udah ada di pikiran gue dari sekarang :P
cm pasti kena omongan miring dehh dari sodara-sodara laen, secara rencana nitipin anak di daycare bakal dimulai dari usia 3 bulan :(
myriarafiz, sabar yah. Kadang, whatever we choose, people will still talk anyway. Semoga bisa menemukan daycare terbaik yang bisa men-support pengasuhan your newborn baby.
Hai mommy….wah seneng bisa baca share cerita tentang daycare nya,Andra juga di daycare sejak umur 2.5 bulan hehehhehe…banyak yang bilang kok tega bayi sekecil itu masuk daycare, ntar bayi jadi ini itu..saya tutup telinga rapat2..positif thinking..kalo ada pilihan saya lebih milih Andra dirumah, tapi kalo harus diasuh Nanny saya masih berpikir 1000x bisa gak konsen dikantor,soalnya dirumah gak ada yang ngawasi,Nanny yang tulus itu susah dicari..akhirnya mantap Daycare saja, tapi kita juga harus selektif milih daycare..Alhamdulillah Andra dapat daycare yang bersertifikasi layak uji hahahaha…banyak positifnya kok di daycare,Anak jadi terbiasa bersosialisasi..gak takut sama orang..waktu tidurnya terjadwal..So..daycare bisa jadi pilihan baik yang oke juga
setuju moms, dari pada banyak pikiran di kantor, lebih baik titip di daycare supaya bisa tenang kerja, lagian dengan ada nya CCTV online kita bisa tiap saat lihat anak kita ngapain aja di Little Owl Preschool – Daycare.. dan sekalian nge drop di pagi hari dan nga perlu antar jemput lagi karena sekalian sekolah jg disana.. jadi baru dijemput sore setelah office hour.. so far so good masukin anak saya kesana.. karena dekat dengan kantor di daerah thamrin, dan posisinya pas di belakang dinas kesehatan.. kalo mau ikutan bisa seacrh di google: littleowl-indonesia, ada facebook nya jg moms: little owl
Mba japri nama daycarenya ya…lg butuh bgt skrg ey.. ke martharany@gmail.com ya
Dear parents. Come and join My Tootsie Bear Daycare n preschool. Get 10% free for enrollment fee. Contact our admission at 021-30029839 / 081905097274. or see our website in www,mytootsiebear.com Valid: April 1 until May 31, 2015.
Rekomendasi Daycare Islam di daerah Kayu Putih, Rawamangun dan sekitarnya
Namanya Nurfahmi Daycare
Tempatnya Bangunan 2 lantai, lantai 1 nya buat kelas lantai 2 ada kamar buat daycare
bersih nyaman dan homeyy
Metode yang dipakai Sistem Centra, berkarakter Islami
Fasilitas nya :
Makan dengan menu sehat, setiap kamar ada kamar mandi dilengkapi water heater, visit dokter dan psikologi berkala, plus nya Ada RUANGAN FUN GYM nya yang Cute banget,
Kelas nya mulai dari Toddler sampai Kindergarten
UP 6.000.000 Bisa dicicil 3x
SPP Daycare 2.000.000/ Bulan itu udah termasuk kegiatan sekolah seperti berenang dan Fieldtrip
Nih alamatnya :
Jl. Porselen No. 1
Kayu Putih – Pulo Gadung
Jakarta Timur
021 – 4893872