Sorry, we couldn't find any article matching ''
Philips Avent Blender Steamer: Asisten Ideal MPASI
Dan tibalah hari yang (sebenarnya tidak) dinanti-nantikan ....
... hari di mana anak saya mulai MPASI! JREEEENG! *cabik gitar Soneta*
Memang, selama 6 bulan ke belakang, ketika Raya masih ASIX, saya kurang menanti datangnya era MPASI. Selain karena saya dengar drama MPASI, tuh, banyak banget, juga karena saya dan dapur adalah musuh bebuyutan. Padahal, kan, saya berniat mau MPASI rumahan. Adoh!
Sah-sah saja, sih, kalau kita mau memberi sang buah hati MPASI instan. Toh, itu tetap makanan bayi, bukan racun. Namun, badan bayi yang sekecil dan "sebersih" itu, maunya dijejali nutrisi terbaik, bukan? Dan yang terbaik itu datangnya dari MPASI rumahan.
Setelah dipikir-pikir, salah satu faktor yang membuat saya keder duluan dengan MPASI rumahan adalah kerepotan memasaknya. Apalagi bagi saya, yang memasak pancake (dengan tepung instan) saja gagal melulu. Kerepotan—plus terbatasnya waktu—ini yang kerap menggoda ibu-ibu untuk membeli MPASI instan saja.
Sewaktu Raya umur lima bulan, saya mulai riset soal MPASI. Pertama saya pelajari adalah peralatannya. Saya berniat membeli peralatan sesedikit mungkin, namun yang utilisasinya paling maksimal, berhubung zaman sekarang, BANYAK banget peralatan makan yang sebenarnya masuk kategori “nice to have, but you don't really need it.” Ya, nggak, Mommies?
Dari hasil riset, senjata perang MPASI yang saya incar dari awal adalah Philips Avent Blender Steamer.
Pada dasarnya, alat ini menggabungkan pengukus dan penghancur makanan (blender) menjadi satu. Ketika saya tonton demonya lewat Youtube, saya langsung, “Haaaah, praktis banget, niiih?! Bohong ‘kali?” Sebuah perkakas dapur yang (tampak) enteng dan mungil, mampu mengukus dan memblender makanan in one go, gimana nggak menarik?
Alhamdulillah, menjelang waktunya Raya makan, neneknya membelikan barang idaman saya ini. And off we go to solid days!
Di saat saya menulis ini, Raya sudah makan MPASI selama dua minggu. Selama itu jugalah saya menggunakan Philips Avent Blender Steamer. Setiap. Hari. Bagaimana review-nya?
Satu kata: superpraktis! Langsung saya demonstrasikan, ya.
Pertama, mengukus. Untuk mengukus, umumnya kita memakai kompor dan dandang/kukusan, lalu kita tongkrongin, tuh, kompor sampai keringetan. Namun dengan alat ini, you can say goodbye to those process.
Kita tinggal potong-potong bahan makanan yang hendak mau dikukus, lalu masukkan ke dalam kontainer…
Tutup kontainernya, dan pasang di mesinnya. Untuk mengukus, tutup kontainer diposisikan dibawah…
Takar air, sesuai dengan makanan yang dikukus. Rumusnya, jika menggunakan 200 ml air, maka durasi mengukusnya adalah 20 menit. 150 ml air, 15 menit, 100 ml air, 10 menit. Mudah banget, ya? O,ya, Philips Avent Blender Steamer ini juga menyertakan sebuah gelas takar, lho.
Lalu tuang air ke reservoir mesin …
Setelah itu, putar kenop ke arah kiri, lalu… tinggalin, deh! Lho, tidak harus ditungguin? Nope, karena kalau air kukusannya sudah habis, alat ini akan mati sendiri.
Untuk blender, kita tinggal balik kontainernya (tutup kontainer menghadap atas) lalu pasang kembali di mesinnya (sampai terdengar cekrek. Kalau tidak, mesin tidak mau nyala) …
Kemudian putar kenop ke kanan untuk blender sampai halus. Biasanya, 10-20 detik pun cukup.
Voila! Puree siap disajikan.
Praktis sekali, ya, Mommies? Nggak ada, tuh, cerita keringetan nunggu di samping kompor. Nggak ada juga cerita memindahkan makanan dari kukusan atau panci ke blender. Dan yang menyenangkan, saya jadi nggak perlu pegel-pegelan nyaring dengan saringan kawat. Setidaknya, jadi lebih jarang. Intinya, hemat waktu, hemat tenaga, hemat cucian.
Jika Mommies membeli Philips Avent Blender Steamer ini, maka Mommies akan mendapatkan:
a) kontainer b) mesin / motornya c) gelas takar d) spatula e) kartu garansi f) buku manual g) buku resep.
Yang terakhir itu menyenangkan, deh. Meski menunya cuma sedikit, buku resep ini menyajikan menu-manu untuk 3 tahap usia bayi, dengan dengan nutrisi baik dan benar (sudah dicocokkan dengan buku Annabel Karmel, hihihi). Buku resep ini juga memberikan kiat-kiat dalam menggunakan Philips Avent Blender Steamer, seperti saran durasi mengukus. Contohnya, apel cukup dikukus selama 5 menit, sementara ubi 15 menit.
Jika kontainer Philips Avent Steamer Blender ini dipreteli, beginilah bentuknya.
Nggak banyak printilan, ‘kan? Semuanya pun mudah dibersihkan. Saringan atasnya memang keras dan agak susah dibuka, begitu juga dengan tutup blendernya, tapi saya lebih melihat ini sebagai nilai tambah. Daripada tutup blender oglek dan nggak sturdy saat dipakai, menurut saya, sih, lebih baik keras sedikit.
Sejauh ini, saya pernah mengukus/memblender apel, ubi, alpukat, pisang, pir, dan oatmeal (kering), dan hasilnya memuaskan!
Namun, namanya juga ciptaan manusia, alat ini pasti punya kekurangan, ya, Mommies.
Pertama, harus diingat, produk ini dikhususkan untuk makanan bayi, sehingga ia tidak heavy-duty. Contoh pertama, kontainernya terbuat dari plastik, bukan beling. Contoh kedua, pisau/ blade blendernya tidak setajam blender besar. Setidaknya, ini hasil perbandingan dengan blender besar saya, ya. Philips Avent Blender Steamer ini tidak mampu menghancurkan butiran beras merah dan barley kering menjadi bubuk/ tepung, sementara blender besar saya bisa. Bagaimana dengan daging? Belum pernah coba, sih. Dugaan saya, pisau blender ini memang tidak didesain untuk menghancurkan yang keras-keras. Harus yang empuk.
Kedua, kontainer blender ini BPA-free. Lho, bukannya BPA-free itu bagus? Memang. Namun jangan lupa, apapun yang berbahan BPA-free itu sepatutnya diganti setiap 3-6 bulan sekali, karena kalau sudah terbaret-baret dan terkena panas, ia bisa mengeluarkan racun. Kalau mengganti botol susu atau piring si kecil yang BPA-free, sih, mudah ya. Nah, kalau mau mengganti kontainer blender ini, gimana? Saran saya untuk Philips Avent, sebaiknya jual spare part terpisah, agar bisa diganti-ganti.
Tapiii, saya baca-baca review di internet, kontainer Philips Avent Blender Steamer ini tidak mudah tergores, kok. Rencana saya, di saat kontainernya sudah terbaret-baret (semoga masih lamaaa … sekali), alat ini saya gunakan sebagai blender saja, deh. Fitur kukusnya diistirahatkan saja, kalau mau aman, hehehe.
Ketiga, blender ini berukuran lebih kecil daripada blender pada umumnya. Bagi saya, ini bukan kekurangan, karena alat ini menjadi compact dan enak dibawa bepergian. Namun mungkin ada Mommies yang lebih suka blender berukuran raksasa, agar bisa membuat MPASI banyak dalam sekali masak, untuk dibekukan. Tapi untuk saya—yang hampir tidak pernah membekukan puree—ukuran kontainer ini cukup. Sebagai bayangan, ketika memblender bahan makanan sampai satu kontainer penuh, hasilnya cukup untuk satu porsi puree Raya serta satu cubes tray. Jadi, nggak terlalu sedikit, juga nggak terlalu banyak.
Begitulah, kira-kira. Sebagai ibu beranak satu dan pemula MPASI, saya tidak menyesal punya Philips Avent Blender Steamer ini sebagai asisten nomor satu dalam pembuatan MPASI. Drama (memasak) yang banyak didengungkan nggak terasa sama sekali (drama nyuapinnya sih, banyak. Hahaha … but that’s another story). Kalau memang ada budget-nya, saya rekomendasikan, kok.
Semangat dan selamat memasak ya, Mommies!
Share Article
COMMENTS