Badai Pasti Berlalu

Behavior & Development

ameryani・05 Nov 2012

detail-thumb

Ayo Mommies, ngaku.. selama jadi orang tua, berapa kali, sih ,kita dibuat deg-deg-an dengan perkembangan milestone anak kita? Apalagi, nih, kalau orang-orang sekitar sudah mulai "berisik" .

"Kok belum tengkurap?"

"Kok nggak bisa merangkak, sih?"

"Haduh ...  kok sudah setahun belum jalan, sih?"

"Kok diam saja, belum bisa ngomong, ya?"

Ssssttt... can you just shut your mouth?? :(( Sebenarnya sih pertanyaannya wajar saja, ya, tapi kadang nada bicaranya itu, lho, yang bikin sensi. Gimana nggak sensi kalau pertanyaan itu dikasih ke saya saat Tangguh 6 bulan dan belum bisa tengkurap? Saya ibu gagal gitu?

Lalu, saat Tangguh sudah mahir bolak-balik, ada lagi pertanyaan kenapa nggak merangkak sampai usia setahun karena dia justru asyik merayap pakai dada dan perutnya. Dan ketika anak seusianya mulai rembetan dan jalan, anak saya justru baru merangkak di usia setahun lebih. Apa anak saya nggak normal?

[caption id="attachment_18998" align="aligncenter" width="266" caption="Waktu zamannya baru bisa "ngerayap""][/caption]

Jangan kira saya tenang-tenang saja dan diam tanpa stimulasi. Toh, semua pertanyaan Anda sudah berhasil dijawab, kok, lalu kenapa harus terburu-buru? Kalau kata orang Jawa, "alon-alon asal kelakon". Benar, kan?

Soal kapan jalan. Ini, nih, yang bikin saya pusing setengah mati. Saking penasarannya saya bawa ke dokter tumbuh kembang di RSIA Hermina Ciputat pas usia 16 bulan. Kata dokter, Tangguh butuh ekstra stimulasi karena flat foot, otot-otot kaki yang belum kuat dan juga keturunan, karena si ayah katanya juga lama jalannya.

Oke, lanjut latihan fisioterapi seminggu 2 kali ditambah beli sepatu orthopedi yang mahal itu. Cuma bertahan empat kali latihan karena saya nggak sreg dengan metodenya.

Sepatu mahal itu pun nggak terpakai, karena Tangguh nggak suka memakainya. Ya tentu saja, berat banget. Bukannya menstimulasi jalan, malah bikin mogok belajar jalannya. Bulan berganti bulan, suara-suara iseng itu makin riuh terdengar. Hampir sama dengan suara suporter bola menghujat pemain kesayangan yang main nggak sesuai keinginan di pinggir lapangan.

Akhirnya, usai Lebaran saya pun memutuskan resign dan full bersama Tangguh. Keputusan resign, sih, complicated bukan soal Tangguh yang belum bisa jalan saja, but he's the biggest reason I left my job.

Usai resign saya mudik dulu ke rumah orangtua di Jogja, sekalian refreshing menghilangkan suntuk gara-gara kerjaan dan terutama menghindar dari suara iseng supporter di pinggir lapangan itu. Misi saya satu, nanti ketika pulang saya akan bawa Tangguh yang sudah bisa jalan dan bisa ngomong. Mudah-mudahan bisa membungkam mereka.

[caption id="attachment_19006" align="alignright" width="200" caption="No pain, No gain!"][/caption]

Then mission began! Mulai dari yang sifatnya medis sampai nggak medis dicoba satu per satu. Dari sisi medis, saya melanjutkan fisioterapi di klinik yang direkomendasikan tetangga. Dua hari sekali Tangguh latihan, massage, dan selalu berakhir dengan derai air mata. Entah nggak nyaman atau bagaimana, tapi saya tega-tegain saja. No pain no gain, prinsip saya!

Lanjut ke nonmedisnya, Tangguh dibawa urut ke tukang urut bayi yang dipercaya bisa merangsang motorik si anak.  Begitu kata orang  kampung sini. Mbah Noto namanya. Yang nggak bisa jalan, jadi bisa. Belum bisa bicara? Jadi bisa!  Ya.. bukannya saya nggak berpikir rasional, cuma apa salahnya dicoba. Prinsipnya, sih, asal caranya halal dan nggak bikin musyrik, ya, dicoba saja daripada penasaran. Kalau memang bisa, Alhamdulillah. Kalau nggak, ya, sudah.

 

[caption id="attachment_19007" align="alignleft" width="200" caption=""Aku dah bisa jalan sendiri, lho.""][/caption]

Perlahan tapi pasti, mulai kelihatan perkembangannya. Dari yang berdiri sendiri saja tidak bisa, jalan nggak mau lepas dari yang menuntun. Eh, seketika blass ... Tangguh jalan dengan lancarnya, lho! Tepat di ulang bulannya ke-19, 22 Oktober lalu. Asli emaknya girang setengah mati. :D

Akhirnya Allah mengabulkan doa saya.  Melalui perantara klinik fisioterapi dan tukang urut Mbah Noto, Alhamdulillah. Berasa tambah jackpot, ocehannya pun makin banyak. Ekstra bonus, dia sudah bisa bilang, "Sayang, Nda", huh ... berkaca-kaca.

Mission accomplished, my baby Tangguh can walk.  Saatnya kembali pulang karena si Ayah dah kangen berat dan belum lihat secara langsung kemampuan terbarunya ini.

So, buat Mommies yang lagi harap-harap cemas alias H2C nunggu anaknya kapan jalan, kapan ngomong, kapan lari. Percayalah ... waktu itu akan tiba. Badai pasti berlalu ....