banner-detik
ETC

Ibu, Sutradara Tumbuh Kembang Anak

author

deeth15 May 2012

Ibu, Sutradara Tumbuh Kembang Anak

Pengalaman saya menjadi ibu memang baru seumur jagung, sih. Belum ada apa-apanya sama Mommies lain di sini, yang anaknya sudah dua, sudah mulai sekolah, atau yang mulai beranjak ABG. Namun, selama 1,5 bulan sejak Rasya lahir, saya merasakan banyak perubahan. Mulai dari ukuran tubuh (ahem, yang menjelma menjadi body ala emak-emak habis brojol), pola tidur, rutinitas, bahkan ... sampai urusan makan! Oh, termasuk juga urusan tempat tidur.

Saya takjub pada beberapa perubahan dalam diri yang sebelumnya amat sangat nggak mungkin terjadi. Ibaratnya sampai Indonesia turun salju pun nggak mungkin hal itu berubah dalam diri saya! Apa saja, sih?

Ini yang paling dahsyat! Saya jadi doyan makan sayur daun katuk dan pepaya!

Sebelumnya, duh mana pernah melirik daun katuk. Saya juga baru tahu wujud daun katuk mendekati waktu persalinan. Apalagi sewaktu hamil tua, hidung masih sensitif setiap mencium bau sayur daun katuk. Bisa mual dan muntah. Saat seorang sahabat bilang harus makan daun katuk dari saat hamil, saya, sih, iya-iya saja. Praktiknya, nggak sukses masuk ke perut. Saya pun sempat bersyukur ada kaplet booster ASI yang mengandung daun katuk dan langsung menyetok 2 botol di rumah. Untungnya, saya punya mama yang persisten dan bersemangat 45 memasakkan sayur daun katuk setiap hari pascamelahirkan. Weleh, mau nggak mau deh .... Dan akhirnya sekarang saya sudah sobatan sama daun katuk! Dari yang cuma mau makan pakai nasi sampai bisa makan sayurnya saja.

Begitu juga dengan pepaya. Seumur hidup saya paling anti sama buah satu ini. Kalau orang lain mabuk sama bau duren, saya bisa eneg mencium bau pepaya matang. Baunya ... aneh. Belakangan, rekonsiliasi saya dengan pepaya mulai terwujud melalui pepaya mengkal untuk rujak. Saya mulai doyan pepaya di situ. Kalau pepaya mengkal kan teksturnya cenderung garing, nggak lembek benyek. Baunya pun tidak setajam pepaya matang. Namun, saya tergoda juga untuk mencoba berdamai lagi dengan pepaya matang. Kali ini saya membeli pepaya di tukang sayur, dengan pesan sponsor pepaya jangan yang terlalu matang sekali. Hmm ... kupas, beri perasan jeruk nipis, dan sedikit gula pasir. Eh, enak lho! Hari ini pun saya resmikan sebagai hari perdamaian saya dengan pepaya! :D

Ehm, saya jadi bertanya dengan diri sendiri, mengapa ya kita, perempuan, bisa berubah 180 derajat setelah menjadi ibu?

Saya ingat sebuah kalimat sakti dari Mama.

Ingat, lho, Dit, Rasya makan minumnya cuma dari kamu selama 6 bulan. Jadi, kamu juga harus makan yang benar, (pola) makannya dijaga. Makan banyak sayur dan buah, biar ASI-nya banyak.

Aha!

Ya, Rasya, si jagoan kecil itu jadi alasan saya untuk berubah, terutama apa yang saya makan. Boleh, deh, sebelum melahirkan menyatakan diri nggak suka sayur A, B, atau C. Namun, setelah si kecil lahir, ibu tidak cuma makan apa yang disuka, tetapi yang nggak disukai pun harus dimakan juga supaya nutrisi si kecil terpenuhi. Kebayang nggak kalau kita, para ibu, cuma konsumsi makanan yang nggak cukup gizi atau terlalu picky alias memilih saat makan? Bukan kita, lho, yang merasakan dampaknya, tetapi si kecil juga. Lagipula, jika pola makan kita bagus, produksi ASI lancar, tubuh juga lebih enak dan sehat, kan?

Satu lagi, saya juga percaya bahwa ibu adalah sutradara dalam proses tumbuh kembang anak, sejak ia masih dalam kandungan sampai tumbuh besar. Apapun yang ibu lakukan atau ibu ubah dalam dirinya, pasti akan berpengaruh pada anak. Dalam contoh saya, apa pun yang kita makan, meski terkesan hal kecil, pasti berpengaruh pada si kecil, apalagi jika kita masih menyandang status ibu menyusui.

Kini Rasya, lahir dengan berat badan 2,88 kg, sudah mencapai bobot 5 kg. Bisa dibilang saya adalah 'tersangka' utama yang menyebabkan Rasya tumbuh sehat, lucu, dan berpipi bulat menggemaskan, hihihi. Lihat, pipinya bulat dan kenyal seperti marshmallow! :D

 

foto thumbnail diambil dari sini

Share Article

author

deeth

-


COMMENTS