Aman Berenang Saat Hamil

Pregnancy

ameeel・19 Oct 2011

detail-thumb

Jujur saja, saya bukan orang yang rutin berolahraga. Olahraga saya selama ini hanyalah naik-turun jembatan/halte TransJakarta, plus jalan kaki selepas turun angkot menuju rumah. Selebihnya, paling mondar-mandir dari meja kerja ke pantry untuk mengambil minum  :P

Tapi, kemalasan tersebut berubah saat hamil. Seperti bumil pada umumnya, saya mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, salah satunya ya dengan berolahraga. Berenang jadi favorit saya. Kebetulan, menurut American Pregnancy Association, berenang memang olahraga yang dianjurkan buat bumil. Ada beberapa alasan, tiga ini di antaranya:

  • Keberadaan air bisa mengurangi beban dan tekanan, sehingga risiko terjadinya cidera tulang, sendi, maupun otot relatif kecil.
  • Tidak seperti olahraga di darat yang bisa menaikkan suhu tubuh, di dalam air suhu tubuh cenderung stabil, sehingga risiko terjadinya gangguan pada janin akibat meningkatnya suhu tubuh lebih rendah.
  • Melatih jantung. Manfaat ini sama dengan olahraga kardiovaskular seperti aerobik dan berlari. Bukan hanya napas jadi teratur dan tidak gampang capek, otot—terutama di sekitar panggul—pun menjadi kuat dan lentur, sehingga memudahkan proses persalinan (yah, walau ujung-ujungnya dua kali saya melahirkan, semuanya lewat operasi caesar, hihihi).
  • Sepengetahuan saya, berenang tidak mengakibatkan keguguran maupun persalinan prematur, jadi sah-sah saja dilakukan selama kehamilan sehat dan tidak ada gangguan. Tapi jika merasa ragu, tidak ada salahnya, kok, konsultasi terlebih dulu ke dokter kandungan.

    Meski aman dilakukan pada tiap semester kehamilan, berdasarkan pengalaman pribadi, sih, saya paling nyaman berenang di trimester pertama dan ke-2 saat perut belum terlalu besar. Pernah sekali saya nekat berenang gaya dada saat kehamilan sudah memasuki bulan ke-8, baru dua kayuhan langsung setengah badan saya (perut ke bawah) tenggelam karena beban terlalu berat :D

    Di trimester ke-3, baju renang juga biasanya mulai tidak muat dan sempit di bagian perut. Memang, sih, solusinya bisa beli baju renang khusus bumil. Tapi bagi saya yang ogah rugi (sayang, kan, ngeluarin uang buat beli sesuatu yang hanya dipakai sebentar), saya mengakalinya dengan memakai tank-top gelap dengan panties yang warnanya senada. So far, sih, sukses ya, sepertinya banyak yang mengira saya mengenakan two-piece swimsuits biasa, hihihi.

     

    Bagi yang tidak bisa berenang, bisa juga, kok, menggantinya dengan melakukan gerakan seperti senam yang melibatkan lengan-kaki, atau sekadar jalan-jalan di dalam air. Cara seperti ini setidaknya juga membuat tubuh bergerak, dibanding hanya leyeh-leyeh di pinggir kolam :D

    Untuk menghindari kram, hindari jalan-jalan di bagian kolam yang agak dalam yang membuat kaki harus berjinjit. Saya pernah sekali melakukannya, dan langsung kram di tempat! Suami sampai panik karena mendengar saya menjerit-jerit kesakitan dari tengah kolam (tapi dibanding sakitnya, lebih banyak malunya, sih, karena jadi tontonan!).

    Solusi lain, bisa pakai pelampung. Kalau takut terlihat kehebohan (karena pakai pelampung di kolam), sekalian saja berenang di laut. Selama dua kali hamil, sempat beberapa kali saya melakukannya. Nah, untuk berenang di laut, kiatnya beda lagi, nih, dengan berenang di kolam:

  • Jangan berenang terlalu dekat dengan pantai, soalnya hempasan ombak malah berbahaya karena bisa bikin tubuh oleng dan terguling. Mendingan sekalian berenang di tengah laut karena ombaknya lebih tenang.
  • Pegang life-vest. Kenapa hanya pegang dan bukannya dikenakan? Karena pengalaman saya dulu, terasa lebih nyaman terutama di trimester akhir. Foto ini diambil saat saya snorkeling di Pulau Peucang (Ujung Kulon), di usia kehamilan 7 bulan. Dengan perut yang sudah membesar, bagian depan life-vest jadi sulit dikaitkan. Jika dipaksa malah jadi tidak nyaman karena terlalu ketat, apalagi perut saya tergolong yang ‘mancung’ banget.
  • Mau berenang di kolam atau di laut, sama saja, kok, manfaatnya. Yang penting, jangan lupa perhatikan hal-hal berikut, ya:

  • Berenang dengan santai, hindari gerakan-gerakan menghentak atau gaya yang menguras banyak tenaga. Di trimester ke-3, gaya kupu-kupu mungkin agak sulit dilakukan.
  • Suhu air pas, tidak terlalu dingin atau panas. Waktu terbaik adalah sebelum pukul 10.00 dan setelah pukul 15.00.
  • Berenang bisa dilakukan 2-3 kali seminggu. Sekali berenang, cukup 30 menit. Jangan memaksakan diri untuk terus bergerak, istirahat dulu jika lelah.
  • Segera keluar dari air jika merasa pusing, sesak napas, dan sakit di perut bagian bawah.
  • Meski tidak merasa berkeringat (seperti pas joging), berenang tetap olahraga dan bisa bikin tubuh dehidrasi. Jadi, tetap minum banyak cairan.
  •  

    Selamat berenang!

     

    *Diceritakan oleh Amelia Yustiana (http://ameeel.multiply.com), ibu dari Rakata dan Ranaka.