Indonesia adalah negara endemik tipus (salmonella typhii), karena itu angka tes laboratorium untuk tipus (widal) orang Indonesia umumnya positif. Jadi jangan terkecoh bahwa kalo widal+ maka itu berarti sedang terinfeksi tipus, belum tentu. Tapi bisa jadi ada bakterinya yang sedang aktif dalam tubuh walau tidak membuat infeksi dan tidak menimbulkan gejala infeksi.
Ini penyebabnya adalah faktor sanitasi dan higienitas secara umum di Indonesia. Paling mudah, air minum dan air mandi/cuci piring di Indonesia pasti tidak sebersih di negara maju. Belum lagi kebiasaan mencuci tangan. Tapi poin positifnya, perut kita lebih "bandel" :D Kalau kondisi badan fit, makan di warung efeknya paling mules sedikit karena mengonsumsi makanan terlalu pedas, BAB agak lembek, begitu lewat, ya sudah. Tidak sampai terinfeksi parah sampai diare dan muntah berhari-hari.
Untuk menghindari dan meminimalisir gejala penyakit tipus akibat salmonella typhii, pastikan anak sudah diimunisasi tifoid.
O, ya, salmonella yang non-thyphoidal juga bisa ditularkan melalui hewan peliharaan, terutama jenis reptilia seperti kura-kura, ular, kadal, dan iguana.
Selain tipus, disentri dan kolera juga lumayan banyak kasusnya di Indonesia. Gejala-gejala umum penyakit akibat cemaran bahan pangan bisa timbul dalam beberapa jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi, tapi bisa juga baru muncul beberapa hari kemudian. Lama sakitnya bisa berkisar antara 1 sampai 10 hari.
Gejala umum terpapar cemaran bahan pangan di antaranya:
Pada orang dewasa yang sehat, pemulihan dari penyakit akibat cemaran bahan pangan ini hanya memerlukan istirahat dan asupan cairan yang cukup, serta menghindari obat antidiare dan muntah supaya proses pengeluaran racun tidak terhambat.
Yang lebih berisiko bila terkena keracunan makanan adalah:
Bila mengalami salah satu gejala di bawah ini, segera konsultasikan ke dokter:
Penyakit kelumpuhan syaraf akibat racun botulinum (botulisme) yang disebabkan oleh spora Clostridium botulinum juga harus diwaspadai.
Botulisme pada bayi penyebabnya adalah pemberian madu atau sirup jagung sebelum bayi menginjak usia satu tahun. Madu dan sirup jagung adalah jenis makanan yang tidak melalui proses pemanasan dalam pengolahannya. Jadi spora tidak mati. Untuk orang dewasa madu dan sirup jagung cukup aman karena pencernaan yang lebih sempurna. Jumlah asam lambung yang lebih banyak membantu mematikan spora. Untuk bayi, botulisme dari madu bisa berakibat fatal.
Walau aman mengonsumsi madu atau sirup jagung, botulisme pada orang dewasa bisa dipicu makanan kaleng yang tercemar atau tidak terproses sempurna. Gejala botulisme biasanya muncul 4-36 jam setelah mengonsumsi makanan yang tercemar.
Gejalanya yaitu:
Pada bayi
Pada orang dewasa
Cara mencegah terpaparnya botulisme diantaranya:
Penanganan Botulisme
Botulisme termasuk penyakit fatal, dapat berakibat kematian, dan penanganannya darurat. Karena itu bila ada gejala-gejala yang terjadi dicurigai botulisme, segera ke rumah sakit untuk mendapat penanganan segera.
Prosedur penanganan harusnya dimulai dengan tes laboratorium untuk menentukan botulisme atau bukan. Biasanya tes darah dan feses. Tapi karena menunggu hasilnya bisa cukup lama, dokter akan terlebih dahulu mencoba memompa lambung atau memberi arang aktif untuk membantu menyerap racun. Tanda-tanda vital (detak, tingkat pernafasan, tekanan darah, dan suhu) dipantau dengan ketat. Jika ada masalah pernafasan, pasien akan dipindahkan ke ruang perawatan intensif dan dibantu dengan ventilator.
Racun botulisme bisa dinetralkan dengan antitoksin. Tapi sayangnya infeksi yang terlanjur masuk ke saraf tidak bisa langsung disembuhkan. Diperlukan waktu sampai dengan setahun untuk terapi mengembalikan fungsi gerak yang dilumpuhkan botulisme. Karena itu pemberian antitoksin sebelum 72 jam sangat membantu mengurangi sebaran racun.
Catatan:
Bila dicurigai terjadi cemaran pangan, segera laporkan ke petugas kesehatan terdekat untuk mewaspadai wabah dan mencegah orang lain terpapar juga. Selain menyebutkan gejala-gejalanya, sebisa mungkin sebutkan juga apa saja yang telah dikonsumsi, dapat/beli dimana, dan kapan mulai sakit.
sumber:
http://www.mayoclinic.com/health/e-coli/DS01007
http://www.mayoclinic.com/health/first-aid-food-borne-illness/FA00043
http://www.mayoclinic.com/health/food-poisoning/DS00981
http://medicastore.com/penyakit/3258/Botulisme.html