banner-detik
BREASTFEEDING

Posisi Menentukan PrestASI

author

Nia Umar03 Aug 2011

Posisi Menentukan PrestASI

Sering dengar istilah tersebut? Sepertinya istilah ini lazim disebutkan jika ada yang sedang menjalani ujian atau sedang belajar ya? Bagaimana posisi duduk seseorang berpengaruh dalam proses pembelajaran orang tersebut. Posisi baik sama dengan hasil yang baik.

Ternyata setelah merasakan sendiri menyusui dua anak saya dan beberapa kali bertemu dengan ibu-ibu menyusui saat konseling ditambah sempat beberapa kali mendapat ilmu laktasi dari berbagai sumber yang terpercaya, penyataan “Posisi Menentukan PrestASI” dalam hal menyusui ini sangat mengena sekali. Mengapa?

Posisi Pelekatan Mulut Bayi ke Payudara Ibu

"Kenapa, ya, kalau bayi saya menyusu sakit sekali?" Pertanyaan tersebut seringkali ditanyakan para ibu. Bahkan saya sendiri mengalami ini ketika baru melahirkan anak pertama di awal 2005. Banyak ibu merasa menyusui memang seharusnya sakit dan lagi-lagi saya pun merasa seperti itu. Bahkan saya sempat meyakini pernyataan seorang teman yang mengatakan bahwa menyusui lebih menyakitkan dibanding pengalaman melahirkan dia. Jadi saya pun merasa sakit ketika bayi menyusu adalah hal yang alamiah dan semua ibu menyusui rasakan.

Sebenarnya menyusui tidak menyakitkan buat ibu, dengan catatan bayi bisa memasukkan semua puting dan sebagian areola ke dalam mulut bayi (biasanya areola di bagian atas masih terlihat lebih banyak dibanding areola di bagian bawah). Posisi pelekatan mulut bayi dengan payudara seperti ini membuat puting ibu berada dekat sekali dengan langit-langit mulut bayi yang lembut. Pada posisi ini, dagu bayi menempel pada payudara ibu dan hidungnya akan jauh dari payudara, jadi kepala bayi seperti mendongak. Sehingga ini memudahkan ia untuk menyusu. Perhatikan juga posisi badan bayi kepala dan pundak lurus menghadap ibu sehingga perut bayi menempel ke perut atau badan ibu. Coba gunakan bantal untuk bisa membantu mendapatkan posisi yang nyaman dan enak bagi ibu dan bayi.

Ket: Perut bayi menempel ke badan ibu. Kepala dan pundak bayi dalam satu garis lurus.

Intinya posisi pelekatan yang baik adalah: posisi ini nyaman buat ibu dan bayi bisa mendapatkan ASI dengan mudah dan cukup. Tetapi seringkali untuk mendapatkan pelekatan yang tepat ini yang menjadi sulit dan ini biasanya dikarenakan pertemuan pertama ibu dan bayi yang penuh dengan intervensi. Menurut Dr. Jack Newman, ada beberapa cara untuk membuat memperlancar proses menyusu dan menyusui bayi dan ibu diawal proses kelahiran, yakni:

  • Sedikit mungkin tidak menggunakan pengobatan apa pun ketika proses melahirkan. Sudah banyak riset yang menunjukkan bahwa obat-obat ini bisa mempengaruhi koordinasi bayi menyusu pada payudara diawal kelahiran sehingga proses menyusui menjadi lebih sulit bagi si ibu. Walaupun dengan dukungan yang tepat, ibu yang melahirkan dengan menggunakan obat-obat seperti pengurang rasa nyeri atau anestesi epidural, bisa tetap menyusui, namun ini sudah menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi si ibu dan bisa jadi membuat ibu menjadi kurang percaya diri.
  • Belum lagi jika ibu diberikan cairan tambahan melalui infus setelah melahirkan, hal ini bisa menyebabkan pembengkakan pada jaringan payudara ibu dan areolanya, sehingga ini mempersulit bayi untuk bisa mengambil sebagian dari areola untuk bisa masuk ke dalam mulutnya.

  • Segera setelah lahir, bayi seharusnya bisa Inisisi Menyusu Dini (IMD) dengan ibu. Sebagian besar bayi baru lahir bisa menyusu sendiri jika diletakkan di dada ibunya segera setelah proses melahirkan. Riset pun menunjukkan hal ini memiliki banyak manafaat tidak hanya untuk bayi tetapi juga untuk ibu. Alasan ibu perlu istirahat setelah melahirkan tidak bisa diterima karena sebenarnya proses ini tidak melelahkan buat ibu, bahkan bisa menjadi proses pertemuan pertama kali yang indah bagi ibu, bayi, dan bapaknya pun bisa ikut berperan membacakan doa di telinga si kecil ketika proses ini berlangsung. Inti dari IMD ini sendiri adalah kontak kulit antara ibu dan bayi yang kemudian disusul dengan bayi akan menyusu sendiri dan ini sangat bisa dilakukan bagi bayi yang dilahirkan dengan proses bedah caesar sekali pun.
  • Rawat gabung bagi ibu dan bayi juga tidak kalah penting. Jika ibu dan bayi dalam keadaan sehat dan stabil, maka tidak ada satu pun alasan ibu dan bayi untuk tidak bisa sekamar ketika sedang di RS atau fasilitas kesehatan lainnya. Ibu bisa ‘membaca’ tanda-tanda bayi ingin menyusu ketika bayi ada di dekatnya, karena ketika bayi sudah menangis, maka biasanya ibu sudah keburu panik dan pelekatan yang baik pun menjadi sulit dilakukan.
  • Jangan memberikan dot atau empeng kepada bayi. Kita sudah sering dengar tentang istilah ‘bingung puting’ dan terkadang masih banyak orang yang meragukan adanya ‘fenomena’ bingung puting ini. Bahkan sebagian tenaga kesehatan menganggap bingung puting adalah mitos belaka. Hal ini salah satu kendala terbesar dalam proses menyusui. Karena seperti kita ketahui bersama, bahwa produksi ASI ibu yang baru melahirkan memang belum banyak, memang sudah alaminya ASI yang diproduksi masih dalam jumlah sedikit. Namun hal ini seringkali diartikan bahwa ASI ibu kurang dan mulailah bayi diperkenalkan dengan cairan lain yang diberikan dengan dot.
  • Bagaimana bayi mengisap dot berbeda dengan cara ia menyusu pada payudara. Dibutuhkan banyak kerja otot di bagian kepala dan lidah bayi untuk mengeluarkan ASI pada payudara. Sehingga mulut bayi perlu terbuka lebar dan besar ketika mengambil sebagian besar areola dan seluruh puting ke mulutnya. Sedangkan ketika menghisap botol, bayi cukup mencucu dan mengisap sedikit saja, aliran isi dari botol itu pun sudah bisa dengan mudah keluar. Hal ini membuat bayi mengenali adanya aliran yang deras dari botol. Bayi adalah mahkluk kecil yang pintar dan cerdas. Jika mereka terbiasa mendapatkan asupan yang lebih deras dan cepat maka mereka akan meminta (melalui tangisan dan penolakan pada payudara) botol yang berisi cairan lebih banyak yang sebenarnya belum mereka butuhkan.

    Lalu bagaimana dengan empeng? Memang empeng tidak menyalurkan isi apa pun namun sudah banyak riset yang menunjukkan bahwa empeng mengurangi frekuensi bayi menyusu yang mengakibatkan terlewatnya sesi menyusui. Ibu pun jadi kesulitan ‘membaca’ tanda-tanda awal bayi yang ingin menyusu. Karena ketika bayi sudah mulai menangis itu merupakan tanda akhir bayi ingin menyusu dan ibu pun bisa ikut panik ketika mendengar bayi menangis.

  • Jangan membatasi waktu menyusu dan frekuensi menyusui. Sering kita mendengar saran bayi perlu menyusu sepuluh menit pada payudara kiri dan lalu diteruskan sepuluh menit lagi pada payudara yang kanan. Atau bayi harus menyusu minimal dalam interval 2 sampai 3 jam. Jika setiap jam bayi ingin menyusu, itu pertanda bayi manja dan ‘bau tangan’. Ini adalah dua mitos yang paling sering kita dengar dan merupakan kesalahpahaman yang cukup fatal. Bayi yang melekat dengan baik pada payudara tidak akan menghabiskan waktu berjam-jam di payudara dalam satu sesi menyusu. Maka jika dia menyusu pada satu payudara berjam-jam lamanya, maka itu salah satu pertanda bahwa pelekatannya tidak baik atau ia tidak mendapatkan cukup pasokan ASI.
  • Tambahan air, formula atau air gula sangat jarang sekali diperlukan. Suplementasi ini bisa dihindari jika bayi melekat dengan baik dan bisa mendapatkan ASI yang terdapat di dalam payudara ibunya. Seringkali kita sibuk mengukur berapa banyak ASI yang sudah masuk ke dalam mulut bayi, padahal secara alamiah proses menyusui tidak bisa membuat kita melihat hal ini karena payudara kita tidak tembus pandang dan tidak terdapat deret takar di kulit payudara ibu yang bisa menunjukkan berapa banyak ASI di dalamnya. Perhatian proses bayi menyusu, ini penting karena kita bisa melihat gerakan ritmik yang berjeda dan ini menandakan ada ASI yang masuk ke mulut bayi dan ditelan. Lihat video di tautan ini untuk mempelajari bagaimana proses bayi menyusu dengan sangat baik: http://bit.ly/nMYHHz. Lalu bandingkan dengan bayi yang mengempeng di video ini: http://bit.ly/mOKLKK. Baca penjelasan pada video tersebut dan perhatikan juga jeda di dagu kedua bayi tersebut dan bandingkan.
  • Hati-hati banyak alasan untuk tidak menyusui yang sudah tidak akurat. Mulai dari alasan medis seperti ibu sakit flu, ibu minum obat, ibu sedang hamil atau alasan lain seperti ibu harus banyak istirahat karena baru melahirkan jadi bayi jangan ada di dekat ibu, atau bayi jadi ‘bau tangan’ dan manja, si ayah jadi kurang diperhatikan, si nenek ingin turut ‘menyusui’ bayi dengan memberikan botol dan seterusnya. Ini juga membuat proses menyusui di awal menjadi lebih sulit bagi ibu dan bayi.
  • Lalu Bagaimana Membuat Bayi dapat Melekat ke Payudara dengan Baik?

    Pastikan posisi memegang bayi dengan baik. Perhatikan bahwa posisi badan bayi yang baik ketika menyusu adalah perutnya menempel berhadapan dengan perut ibu. Tangan ibu menopang punggung dan leher belakang bayi dan bukan kepalanya. Pelajari juga gaya menyusui seperti cross-craddle. Karena posisi ini memudahkan bayi baru lahir untuk mendapatkan sebagian besar areola dan puting dengan mudah.

    Ket: Posisi menyusui cross-craddle

    Pelajari juga posisi lain seperti posisi menyusui sambil tiduran, posisi football clutch. Lalu cari mana posisi yang paling nyaman dan enak buat kita ketika proses menyusui berlangsung.

    Ket: Posisi menyusui sambil tiduran

    Jika kita merasa ada yang salah ketika proses menyusui berlangsung, seringkali ibu melepas dan mencoba mengulang proses menyusui lagi. Dan proses ini bisa dilakukan berulangkali. Sayangnya ini kurang tepat dan seringkali membuat puting ibu nyeri dan luka. Upayakan untuk lebih mendekap dekat bayi, dan upayakan agar bayi bisa mendongak ketika menyusu. Jangan lupa untuk menunggu bayi membuka lebar mulutnya dengan mencoba menyentuhkan bibirnya dengan puting kita lalu ketika mulutnya mulai terbuka lebar mulai mendekatkan badan bayi untuk bisa melekat pada payudara.

    Cari Bantuan jika Membutuhkan

    Jika kita ragu atau merasa kurang yakin dengan posisi dan pelekatan ketika menyusui, jangan ragu untuk mencari bantuan. Berdiskusi dan bertanya dengan konselor laktasi juga bisa membantu ibu untuk meningkatkan rasa percaya diri bahwa ia bisa menyusui. Akan lebih baik lagi jika pasangan yang sedang mempersiapkan kelahiran bisa mulai mencari tahu tentang ini jauh hari sebelum kelahiran si kecil dengan mengikuti kelas persiapan menyusui atau sesi Kelompok Pendukung Ibu (KP-Ibu) untuk mempersiapkan diri menyambut kehadiran buah hati yang telah dinanti.

    Ingatlah bahwa ketika posisi sudah tepat dan baik, maka proses menyusui akan lebih nyaman bagi ibu dan bayi. Proses yang nyaman ini akan menjadi perjalanan yang indah dan bekal awal kehidupan yang berharga bagi buah hati kita dan semoga kelak mereka bisa menjadi individu yang baik akal budinya dan tentunya bisa berprestASI!

    *Nia Umar (@housniati) adalah ibu dua anak, konselor ASI, dan wakil ketua AIMI.

     

    Sumber bacaan:

    The Latch. And Other Keys to Breastfeeding Success. Jack Newman, MD & Teresa Pitman. 2006. Hale Publishing.

    Segala yang Perlu Anda Tahu Soal Menyusui. Jack Newman, MD & Teresa Pitman. 2008. Penerbit Buah Hati.

    The Womanly Art of Breastfeeding (8th edition). Diane Wiessenger, Diana West & Teresa Pitman. 2010. La Leche League International.

    Share Article

    author

    Nia Umar

    -


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan