Parenting Should be Fun, Right?

Behavior & Development

nenglita・25 Apr 2011

detail-thumb

Beberapa waktu lalu saya membuka diary lama, saya menemukan satu kalimat di kolom cita-cita saya waktu SMP (tahun 1994) yaitu: be a good mother.

Am I a good mother now?

Tidak, belum, masih jauuuuuuuh dari gambaran ideal seorang ibu. Apalagi saya bukan termasuk orang yang punya perencanaan yang baik dalam hidup. Rata-rata semua hal yang saya lakukan, kalau sesuai sama hati nurani, ya saya berusaha jalani dengan baik.

Begitupun ketika menjadi ibu.  Sesaat sebelum melahirkan, saya masih belum kebayang akan jadi seperti apa kehidupan saya setelah anak dalam rahim ini dilahirkan. ASI Eksklusif? Rooming in? Peralatan bayi? Baby Blues? Tidak ada satupun yang terpikir. Iya, saya sudah banyak mendapat pengetahuan dari teman-teman di Forum Femaledaily. Tapi tak ada satupun yang benar-benar saya rencanakan. Yang saya ingat ketika suster menanyakan mau ASI eksklusif atau tidak, saya yang masih terpengaruh obat bius akibat operasi menjawab, “Ya, sus."  Padahal saya bener-bener tidak tahu maksud dari omongan saya itu.

Malam itu, Langit langsung rooming in dikamar. Kebetulan, karena RSIA (bagian saya menginap) tidak memperbolehkan pasien ditunggui oleh keluarga, jadilah malam itu, saya langsung mengurus Langit sendiri. Memanggil suster sudah tentu, tapi dasar saya orangnya gengsian, jadi berusaha mengurus semuanya sendiri sambil menahan sakit bekas operasi :D

Langit kecil amat sangat cranky. Rewel, susah tidur, mudah menangis. Saya pun sempat stres dibuatnya. Apalagi terbawa sindrom ibu baru yang kerap membandingkan anaknya dengan anak lain. Saya lihat ibu lain menerapkan sistem A ke anaknya, saya mencoba, kok tidak bisa sih? Saya baca sistem B ke anaknya, saya mencoba, kok tidak berhasil juga ya?

Lalu saya tersadarkan bahwa, apa yang berhasil oleh orang lain belum tentu bisa berhasil di diri kita. Mungkin anak lain berhasil disapih dengan metode weaning with love, ya kebetulan anak sayatidak. Anak lain sukses dengan sistem naughty corner atau time out, ya ternyata Langit tidak bisa.

Saya malah sedih kalau Langit menangis saat saya mencoba hal baru dalam gaya asuh, kami sama-sama tersiksa. Wah, ini bukan yang saya mau! Parenting should be fun for both of us, isn’t it?

Tersadar akan itu, saya mulai mencari cara saya sendiri.  Mudah ternyata, saya tidak boleh stres, panik, atau membanding-bandingkan Langit dengan siapapun. Banyak tertawa bersama serta pelukan. Lalu, bagaimana sisanya? Let it flow :D

Langit sekarang pun tumbuh jadi anak yang lebih ceria (mungkin karena ‘urat ‘ ibunya lebih kendor ketimbang dulu).  Dengan metode ala Lita ini saya tidak peduli saat anak lain seusianya sudah cas cis cus 2 atau 3 bahasa, Langit masih anteng berbahasa Indonesia. Atau saat anak lain bisa langsung on ke tempat baru, sementara Langit suka malu-malu ... tidak masalah. I’m proud and happy of her,  as she is right now.

Happy birthday my little girl, don’t be a perfect child coz you are amazing just the way you are..