Sorry, we couldn't find any article matching ''
Menghadapi Ikut Campur Orang Tua
“Jangan digendong begitu, nanti jalannya ngangkang!”
“ASI kamu kurang kali, makanya anakmu rewel.”
“Badannya panas anakmu, udah deh ke dokter aja! Minum obat pasti langsung turun panasnya.”
Dan seterusnya.
Hayooo…siapa yang pernah atau mungkin mendengar aneka nasihat dari para orangtua di atas? Gerah? Sudah pasti! Merasa dihakimi sebagai orangtua baru? Ya iyalah! Atau kadang merasa didikan yang telah kita tanam ke anak ‘dimentahkan’ kalau kakek neneknya datang? Terus gimana dong?
Seiring perkembangan zaman dan arus informasi, maka para ibu muda tentunya banyak mendapat masukan sana sini tentunya mencari yang terbaik untuk buah hati. Mulai dari kampanye ASI Eksklusif yang kian giat, hingga RUM (Rational Uses of Medicine). Namun sayangnya, kerap kali hal-hal baru yang ingin kita tanamkan ke anak bersinggungan dengan orangtua sendiri atau orang-orang sekitar.
Pengalaman pertama saya bersinggungan dengan orangtua adalah ketika Langit baru lahir, orangtua bertanya kapan Langit akan disunat. Saya pun menjawab, bahwa saya tak akan menyunat Langit, karena dari segi kesehatan ataupun agama (saya muslim) tidak dianjurkan. Menurut beberapa sumber yang saya baca tindakan sunat pada bayi perempuan sudah dilarang. Namun berhubung tradisi di keluarga bayi perempuan pun disunat, maka hal itu ditanyakan. Saat itu langsung saya kumpulkan data-data yang mendukung penolakan sunat terhadap anak saya, untungnya kedua orangtua saya menyetujuinya. Namun ketika ditanya oleh keluarga besar, orangtua saya nggak mau ribet, mereka bilangnya anak saya disunat, hehehe…
Bersambung ke masalah ASI, kebetulan anak saya adalah tipe yang sulit tidur. Suatu hari, waktu ia berusia 2 bulan, Langit menangis terus sepanjang hari, sudah saya susui tapi ia tak juga tenang. Bapak saya adalah orang yang berprinsip “anak rewel berarti lapar”, berkali-kali memarahi saya untuk menyusui Langit. Dengan situasi yang baru melahirkan dan mengurus anak sendiri, saya merasa agak tertekan. Dan kemarahan saya memuncak ketika Bapak saya ngomong, “Kalau nggak mau nyusuin, yaudah kasih susu formula aja!”. Wakwaoow, emosionil langsung mewek sampe teriak-teriak dong! *maafkan aku papah..*
Bersinggungan dengan orangtua, pasti sering dialami oleh kita para ibu muda. Lalu, bagaimana menghadapinya?
Mungkin saya belum punya pengalaman di mana orangtua sendiri atau orang sekitar yang kebangetan ikut campur sama gaya pengurusan anak ya, makanya saya nggak terlalu ambil pusing dengan hal ini. Misalnya nih, awalnya saya mau sok-sok menerapkan “Anak saya kalau makan harus duduk”. Awalnya berhasil, tapi ketika Langit sudah mulai merangkak dan jalan bahkan lari, ya mau nggak mau kadang sesekali kecolongan dia lari-larian sih! Terus apa saya memarahi ibu saya, yang kadang nyuapin Langit sambil jalan-jalan keluar? Ya nggak lah! Sekali lagi, saya pribadi juga dulu masih kecil nggak duduk di high chair, tapi alhamdulillah sekarang kalau makan ya duduk di tempatnya :)
Mungkin saya yang terlalu nyantai yah atas campur tangan orangtua saya? Kalau mommies bagaimana?
Share Article
COMMENTS