banner-detik
BEHAVIOR & DEVELOPMENT

Menghadapi Ikut Campur Orang Tua

author

nenglita10 May 2010

Menghadapi Ikut Campur Orang Tua

“Jangan digendong begitu, nanti jalannya ngangkang!”

“ASI kamu kurang kali, makanya anakmu rewel.”

“Badannya panas anakmu, udah deh ke dokter aja! Minum obat pasti langsung turun panasnya.”

Dan seterusnya.

Hayooo…siapa yang pernah atau mungkin mendengar aneka nasihat dari para orangtua di atas? Gerah? Sudah pasti! Merasa dihakimi sebagai orangtua baru? Ya iyalah! Atau kadang merasa didikan yang telah kita tanam ke anak ‘dimentahkan’ kalau kakek neneknya datang? Terus gimana dong?

Seiring perkembangan zaman dan arus informasi, maka para ibu muda tentunya banyak mendapat masukan sana sini tentunya mencari yang terbaik untuk buah hati. Mulai dari kampanye ASI Eksklusif yang kian giat, hingga RUM (Rational Uses of Medicine). Namun sayangnya, kerap kali hal-hal baru yang ingin kita tanamkan ke anak bersinggungan dengan orangtua sendiri atau orang-orang sekitar.

Pengalaman pertama saya bersinggungan dengan orangtua adalah ketika Langit baru lahir, orangtua bertanya kapan Langit akan disunat. Saya pun menjawab, bahwa saya tak akan menyunat Langit, karena dari segi kesehatan ataupun agama (saya muslim) tidak dianjurkan. Menurut beberapa sumber yang saya baca tindakan sunat pada bayi perempuan sudah dilarang. Namun berhubung tradisi di keluarga bayi perempuan pun disunat, maka hal itu ditanyakan. Saat itu langsung saya kumpulkan data-data yang mendukung penolakan sunat terhadap anak saya, untungnya kedua orangtua saya menyetujuinya. Namun ketika ditanya oleh keluarga besar, orangtua saya nggak mau ribet, mereka bilangnya anak saya disunat, hehehe…

Bersambung ke masalah ASI, kebetulan anak saya adalah tipe yang sulit tidur. Suatu hari, waktu ia berusia 2 bulan, Langit menangis terus sepanjang hari, sudah saya susui tapi ia tak juga  tenang. Bapak saya adalah orang yang berprinsip “anak rewel berarti lapar”, berkali-kali memarahi saya untuk menyusui Langit. Dengan situasi yang baru melahirkan dan mengurus anak sendiri, saya merasa agak tertekan. Dan kemarahan saya memuncak ketika Bapak saya ngomong, “Kalau nggak mau nyusuin, yaudah kasih susu formula aja!”. Wakwaoow, emosionil langsung mewek sampe teriak-teriak dong! *maafkan aku papah..*

Bersinggungan dengan orangtua, pasti sering dialami oleh kita para ibu muda. Lalu, bagaimana menghadapinya?

  • Jika yang bersinggungan adalah masalah tekhnis seperti obat-obatan atau ASI, kumpulkan data yang mendukung mengapa kita bersikukuh atas hal tersebut.
  • Dekati secara baik-baik salah satu dari orangtua. Dalam kasus saya waktu itu, kebetulan Ibu saya pola pikirnya sangat terbuka. Sejak belum melahirkan, saya kerap bicara mengenai ASI eksklusif sehingga ketika saya mengutarakan niat tersebut Ibu saya sangat mendukung. Kebetulan lagi, Ibu saya dulu juga menyusui anak-anaknya hingga minimal 6 bulan. Namun yang saya tekankan disini adalah ASI eksklusif berarti anak saya hanya minum ASI thok, tanpa tambahan air putih, air tajin atau vitamin! Ngomong-ngomong tentang air tajin, sempat juga menjadi momok. Kebetulan anak sepupu saya yang seumur Langit ada yang diminumkan air tajin, menurut ibu saya pun waktu kecil saya diminumkan air tajin *huhuhuh…*
  • Cari dukungan. Mirip dengan poin kedua, saat itu saya mendapat dukungan dari Ibu saya yang Alhamdulillah open minded. Kalau suami saya yang cuek itu nggak pernah memberikan dukungan berupa kata-kata, dia hanya pernah ngomong “Kamu Ibunya, pasti seorang Ibu maunya memberikan yang terbaik untuk anak” dan tentunya sikap. Waktu itu saya pernah baca bahwa Yogi Tea mampu meningkatkan produksi ASI. Kebetulan kabarnya teh ini hanya ada di beberapa toko kesehatan saja. Suami saya pun meluncur keliling tempat-tempat yang saya sudah catatkan untuknya guna mencari teh tersebut :)
  • Saring pendapat mana yang masuk akal atau tidak. Menurut pendapat saya, orangtua kita yang notabene nenek dari anak-anak kita pasti ingin yang terbaik juga kan untuk cucunya. Memang kadang mereka terlalu terkesan memanjakan atau mungkin juga ikut campur terhadap gaya kita mendidik anak. Tapi coba deh diingat-ingat, siapa yang dengan senang hati membantu kita memandikan si kecil saat mommies dalam masa pemulihan pasca melahirkan? Jadi, nggak ada salahnya menyaring dulu semua pendapat atau masukan dari orangtua daripada langsung menolak mentah-mentah saran mereka. Misalnya saya lagi nih, lagi-lagi masalah Langit yang susah banget tidurnya. Pas di usianya 4 bulanan, pernah lah seharian nggak tidur dan rewel banget. Sudah berbagai cara dilakukan untuk menenangkannya. Saya pun sudah browsing mengenai masalah ini, tapi entah kenapa nggak berhasil. Sampai suatu malam, tiba-tiba ayah saya memanggil ‘orang pinter’ yang kemudian memeriksa Langit. Saya sudah mau marah, namun saya tahan dulu ingin tau juga apa pendapat si ‘orang pinter’ tersebut. Ayah saya bukan orang yang percaya gitu-gituan, namun saya yakin beliau pasti melakukan itu karena sayang pada cucunya dan ingin cucunya bisa tidur dengan tenang. (walaupun abis orang itu dateng nggak ngaruh, malah lebih ngaruh diolesi beras kencur ubun-ubunnya loh)
  • Tutup kuping. Kalau 4 diatas sudah dilakukan dan masih juga dicereweti, ya sudah, satu-satunya jalan tutup kuping saja! Hehehe..
  • Mungkin saya belum punya pengalaman di mana orangtua sendiri atau orang sekitar yang kebangetan ikut campur sama gaya pengurusan anak ya, makanya saya nggak terlalu ambil pusing dengan hal ini. Misalnya nih, awalnya saya mau sok-sok menerapkan “Anak saya kalau makan harus duduk”. Awalnya berhasil, tapi ketika Langit sudah mulai merangkak dan jalan bahkan lari, ya mau nggak mau kadang sesekali kecolongan dia lari-larian sih! Terus apa saya memarahi ibu saya, yang kadang nyuapin Langit sambil jalan-jalan keluar? Ya nggak lah! Sekali lagi, saya pribadi juga dulu masih kecil nggak duduk di high chair, tapi alhamdulillah sekarang kalau makan ya duduk di tempatnya :)

    Mungkin saya yang terlalu nyantai yah atas campur tangan orangtua saya? Kalau mommies bagaimana?

    Share Article

    author

    nenglita

    Rock n Roll Mommy


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan