Saat Raka Kejang Demam

Health & Nutrition

Mommies Daily・22 Apr 2010

detail-thumb

Kejang demam sangat umum terjadi pada balita, namun tak bisa dipungkiri bila kejang demam menyerang, seakan mampu membuat jantung orangtua manapun berhenti berdetak untuk beberapa saat. Hal itulah yang kurasakan pada saat anakku Raka mengalami kejang demam untuk pertama kalinya.

[caption id="attachment_772" align="alignright" width="296" caption="Raka"][/caption]

Saat itu bulan Februari, Raka baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-2. Lepas seminggu dari hari bahagia itu, di pagi hari seperti biasanya Raka bangun dengan ceria. Ia terlihat bersemangat bermain bersama papanya di halaman depan rumah. Saat itu kuraba dahi anakku, terasa hangat. Aku masih mengira-ngira apa pemicu demam anakku ketika teringat bahwa termometer yang biasa kupakai untuk mengukur suhu tubuhnya rusak. Aku pun segera berinisiatif untuk membeli termometer yang baru di apotek terdekat.

Saat diukur, termometer menunjukkan angka 39,1 derajat Celcius. Jantungku berdegup, kenapa suhu badannya tiba-tiba tinggi sekali. Dengan perasaan khawatir segera kuberikan Raka parasetamol dengan dosis sesuai usianya. Tak berapa lama Raka terlihat mengantuk, lalu secara mendadak badannya seperti tersentak kaget seperti sedang bermimpi. Aku sedikit tercekat, tetapi tetap berusaha tenang. Seketika itu juga terlintas kejang demam di pikiranku, tetapi segera kubuang jauh-jauh ketakutan itu karena aku tahu bahwa tak ada riwayat kejang demam baik di dalam keluargaku maupun keluarga suamiku. Apalagi selama ini setiap Raka demam tidak sampai mengalami kejang padahal suhu tubuhnya pernah mencapai 40 derajat Celcius.

Sesampainya di rumah, aku sempat menyiapkan bed cover yang kubentangkan di lantai, agar bila Raka benar terserang kejang, aku bisa membaringkannya di permukaan yang luas, rata dan bebas dari barang-barang berbahaya. Meskipun aku terlihat siap dalam menghadapi kejang ini, tapi sebenarnya dalam hati aku sama sekali tidak mengharapkannya terjadi pada anakku.

Kurang lebih satu jam kemudian, kucek lagi suhu tubuhnya. Angka yang tertera di termometer tidak bergerak turun. Tanpa berpikir panjang aku segera menelepon kediaman DSA anakku untuk membuat janji. Suamiku pun juga segera kuhubungi. Aku bersyukur di saat seperti ini suamiku bisa meluangkan waktu dari perkerjaannya untuk menemani kami.

Raka mengalami kejang dalam perjalanan ke dokter. Sangat mengejutkan karena 10 menit yang lalu suhu tubuhnya sudah turun di angka 37,5 derajat Celcius. Saat itu adalah situasi yang sangat menegangkan bagi kami. Kejadiannya begitu cepat dan tiba2, dalam posisi duduk kupangku di mobil, tubuhnya tersentak dan berguncang hebat secara berulang-ulang. Matanya berkedip-kedip, mulutnya kaku dan nafasnya tersenggal-senggal. Bersamaan dengan itu pula bibirnya pun pucat dan membiru. Benar-benar pemandangan yang menyayat hati. Kuteriakkan namanya sambil ber-istiqfar tetapi ia tidak merespon. Serangan kejang berlangsung tak lebih dari 5 menit, tapi itu adalah menit-menit terlama yg pernah kualami sepanjang hidupku.

Setelah kejang usai, Raka menjadi sangat lemas. Tubuhnya yang tadi kaku menjadi lunglai, matanya setengah terbuka dan kulihat dia masih mengalami kesulitan bernapas. Kepanikan membuat kami tak bisa berpikir jernih, kami bahkan tak menyadari bahwa yang terjadi pada Raka adalah serangan kejang demam. Di tengah kemacetan Jakarta, kami berputar arah berusaha mencapai RS terdekat secepat mungkin. Sesampainya di IGD suhu badan Raka ternyata mencapai 39,9 derajat celcius. Paramedis segera mengompres badannya dengan air hangat serta memberikan obat anti kejang (Diazepam 0,5mg )dan penurun panas Ibuprofen melalui dubur. 15 menit kemudian, kesadarannya mulai kembali. Perlahan-lahan bibirnya mulai memerah dan dia pun menangis memanggilku. Alhamdulilah..

Raka dirawat di RS selama 2 hari untuk mencari tahu penyebab demamnya, yang ternyata belakangan diketahui bahwa biang keladinya adalah virus Roseola. Demam yang naik secara tiba-tiba itulah yang memicu terjadinya kejang. Sepulang dari RS, kami segera berkonsultasi dengan DSA kami tercinta, Dr.Waldi Nurhamzah. Penjelasan beliau yang sangat informatif membuat kami merasa tenang. Pada umumnya kejang sederhana atau Simple Febrile Seizure (merupakan definisi kejang yg dialami Raka), adalah kejang yang terjadi di seluruh tubuh, tidak berulang dalam 24 jam, dan lamanya < 15 menit) tidak berbahaya serta tidak memberi efek buruk pada perkembangan otak maupun fisik si anak. Kejang demam biasanya terjadi pada hari pertama sakit di saat suhu badan merangkak naik secara cepat.

Bila anak baru pertama kali mengalami kejang memang disarankan untuk diobservasi guna mencari penyebab demamnya, meskipun sebenarnya tidak perlu sampai dirawat inap. Kejang demam sederhana tidak memerlukan penanganan yang berlebihan, bahkan sebenarnya tidak memerlukan obat apapun juga.  Adalah lebih penting untuk mencari tahu penyebab demamnya daripada fokus kepada kejang demam itu sendiri. Yang harus dilakukan pada saat anak mengalami kejang yaitu cukup dibaringkan dalam posisi miring di atas permukaan yang rata dan bebas dari benda-benda berbahaya.  Menaruh sendok atau benda apapun juga kedalam mulut anak juga tidak disarankan karena justru akan membahayakan keselamatan si anak.

Menurut beliau lagi, dilihat dari usia Raka saat mengalami kejang pertama kali yaitu di atas 1 tahun, jenis kejangnya, serta tidak adanya histori kejang demam pada keluarga, maka kemungkinannya untuk berulang menjadi sangat kecil. Namun memang tidak menutup kemungkinan bahwa Raka bisa mengalaminya lagi paling tidak sampai usianya menginjak 5 tahun. Pengalaman ini jelas membuat kami semakin waspada. Kami mungkin sudah siap bila suatu saat nanti Raka mengalami serangan kejang lagi. Obat penurun panas dan anti kejang (Diazepam oral maupun rectal) adalah obat yang wajib disediakan di rumah.  Meskipun begitu aku selalu berharap semoga kejang yang Raka alami tempo hari lalu adalah kejang pertama dan yang terakhir.

Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi mommies semua. Sehingga kita sebagai orangtua bisa lebih waspada, bersikap tenang dan tidak panik bila suatu saat kejang demam menyerang anak kita.

Dikirimkan oleh Dita Kusuma, mama Raka (2 tahun 2 bulan). Kita doakan supaya Raka sehat selalu, ya, Dit!