banner-detik
BEHAVIOR & DEVELOPMENT

Kebiasaan 'Aneh' Batita

author

affi31 Mar 2010

Kebiasaan 'Aneh' Batita

Kelakuan batita terkadang ajaib dan menggemaskan. Putri kecil saya Aluf (2 tahun 4 bulan) hobi sekali berlari-lari tanpa busana setiap selesai dimandikan. Belum selesai tubuh kecilnya saya keringkan, ia sudah melesat ke luar kamar sambil tertawa-tawa. Alhasil saya harus berkejar-kejaran dulu dengannya sebelum akhirnya berhasil memakaikan baju. Saya jadi penasaran, meniru siapa sih ‘anak Tarzan’ ini? Masih banyak lagi sebenarnya kebiasaan ‘aneh’ para batita yang membuat kita gemas sekaligus takjub. Namun walaupun hal-hal ini membuat mereka terlihat seperti mahluk planet lain, sebetulnya mereka sedang bereksperimen loh. Sebagai ‘pendatang baru’ di dunia ini, mereka sebenarnya sedang mencoba memahami segala hal yang ada di sekitar mereka. Itu mengapa kelakuan mereka terlihat begitu ajaib bagi kita: karena kita sudah sangat paham bagaimana dunia ini bekerja dan sudah ‘mati rasa’ dengan hal-hal yang masih mengagumkan bagi otak mungil para batita.

Contohnya saja gravitasi. Ini merupakan konsep yang sangat menakjubkan bagi anak kecil.  Setiap kali ia menjatuhkan barang dari kursi makannya, ia sedang memahami bahwa benda tersebut jatuh. Ia akan menguji hipotesa ini dengan sample apapun yang bisa ia dapatkan – gelas, sendok sampai ponsel anda. Penelitian gravitasinya akan berlangsung sampai sekitar satu tahun. Anak umur dua tahun yang masih gemar melempar barang biasanya hanya menguji kesabaran anda, namun inipun mempunyai hasil ilmiah juga: “Jika saya menuangkan jus ini ke lantai, suara keras akan keluar dari mulut mama. Sebab akibat!” Jika kita melihat kebiasaan-kebiasaan aneh ini dalam konteks lab ilmiah, aktivitas yang paling ajaib pun akan masuk akal. Di bawah ini saya berusaha menjelaskan berbagai eksperimen absurd mereka – dari yang mengesalkan sampai yang paling lucu!

Studi Kasus #1: Kotak Kardus

Seberapa sering kita melihat pemandangan mengherankan ini: Si kecil membuka kado ulang tahunnya, membuang kertas pembungkus, mengeluarkan mainan dari dalam kardus dan kemudian masuk ke kardus tersebut dan tak mengacuhkan mainan sebenarnya.  Ini sebenarnya tidak aneh kok. Anak-anak senang dengan sensasi merasakan dunia dari tempat yang aman dan melindungi mereka. Dan untuk perkembangannya, permainan dengan kotak kardus menolong mereka untuk mengatasi rasa takut akan tersesat: mereka bisa ‘hilang’ kemudian muncul lagi. Hal ini seperti permainan cilukba yang terbalik; bukan anda yang ‘menghilang’ dari pandangannya, tapi si kecil yang melakukannya. Untuk memaksimalkan ketertarikannya, coba ajak ia bermain pada saat ia ada dalam kotak kardus dengan pura-pura mencarinya: “Mana ya anak mama? Kok dari tadi mama cari tidak ada? Wah, tidak ada di balik pintu juga. Ke mana nih jagoan kecil mama?” Dengan berpura-pura hilang, ia sebenarnya mengambil langkah pertama untuk permainan yang lebih rumit – keahlian penting yang nantinya akan membuat ia mampu berpikir abstrak.

Studi Kasus #2: Panjat Memanjat

Ini fase yang sedang dilewati Aluf sekarang. Setiap saya 'meleng' sedikit, ia pasti sedang berusaha memanjat rak buku di ruang tamu dengan alasan ingin mengambil buku favoritnya. Seni Septiani Sanusi, Psi dari Pusat Konsultasi Tumbuh Kembang Anak dan Remaja RAMANIYA – Bidakara Pancoran Jakarta Selatan, berusaha menjelaskan kedua kebiasaan yang terkadang membuat jantung para mama serasa hampir copot ini. “Keterampilan memanjat didapatkan anak saat ia paham bahwa tangan dan kakinya dapat “bekerja sama” untuk mencapai suatu tempat atau mengambil suatu benda. Dengan memanjat batita merasakan kesenangan karena ia sering mendapatkan “kejutan” berupa pemandangan baru di daerah yang “lebih tinggi”. Sementara gerakan melompat-lompat merupakan “latihan” anak yang bermanfaat untuk mencapai keseimbangan tubuhnya. Tetapi sensasi gerakan yang berubah-ubah dari atas ke bawah sehingga membuatnya merasa “melayang”  yang dapat membuatnya merasa senang dan ingin mengulangi berkali-kali.” Jika anda merasa khawatir akan keselamatan anak ketika sedang menjalankan ‘eksperimen’ ini, bawa saja si kecil ke taman bermain setiap kali ia menunjukkan tanda-tanda ingin ‘menaklukkan’ lemari buku di rumah. Di sana ia bisa menguji kemampuan fisiknya untuk memanjat dan melompat di bawah pengawasan mamanya.

Studi Kasus #3: Seni Grafitti

Tembok, pintu kulkas atau lemari merupakan kanvas yang menarik bagi mahluk-mahluk cilik di rumah. Karya seni ini bisa menimbulkan reaksi yang lebih heboh lagi jika yang dipergunakan untuk mencorat coret tembok tersebut adalah lipstick kita! Sebenarnya mengapa mereka melakukannya? Karena mereka bisa! Para batita mulai memahami bahwa yang dilakukan oleh tangannya dapat mengakibatkan terjadinya suatu kejadian ataupun menciptakan sesuatu yang tadinya tidak terlihat. Jangan tekan keinginannya untuk menjadi seniman cilik, berikan saja papan tulis atau kertas yang ditempelkan di tembok atau belikan krayon yang mudah dibersihkan. “Kemudian dialihkan pada buku gambar yang cukup besar dan selanjutnya dengan ukuran yang semakin kecil. Perpindahan ukuran penting dilakukan agar mereka dapat melatih gerakan menulisnya dari gerakan yang luas dan melebar kepada gerakan yang semakin sempit dan terarah.” ujar Seni.

Studi Kasus #4: Main Kotor-Kotoran

Kita mungkin sama sekali tidak tertarik dengan kubangan lumpur atau hal-hal kotor lainnya, tapi anak kecil pasti suka! Jana Murphy, penulis The Secret Lives of Toddlers menjelaskan “Ketika seorang anak melihat sebuah kubangan ia mempunyai dua pilihan, mengitarinya atau melewatinya. Jika ia melewatinya, ia akan menemukan keasikan sendiri dengan cipratan air, suara keras dan kaki yang basah. Hal ini sangat memuaskan si kecil yang baru mulai memahami bahwa tindakannya mempunyai efek ke lingkungan sekitarnya.” Tujuan utamanya bukan ingin menjadi kotor loh, tetapi ia ingin bereksimen dengan berbagai hal. Daripada mengomel, lebih baik sediakan satu buah ember berisi pasir yang diletakkan di teras, atau letakkan sepiring agar-agar atau kentang tumbuk di baki kursi makannya dan biarkan ia bermain dengan makanan tersebut sampai puas.

Studi Kasus #5: Tombol Rewind

Sebagai seorang mama, kita pasti hafal di luar kepala lagu-lagu anak kecil atau jalan cerita buku kesayangan anak kita. Bukan karena daya ingat kita luar biasa, tapi karena kita 'dipaksa' mendengarkan lagu yang sama berulang-ulang atau membacakan buku itu-itu lagi sampai suara kita serak! K.Mark Sossin, Ph.D., profesor psikologi di Pace University di New York menjelaskan: Bagi batita, semua hal di hidupnya adalah petualangan yang penuh misteri sehingga mereka lebih membutuhkan hal-hal yang akrab dan membuat mereka nyaman. Namun mendengarkan mama membacakan buku yang sama untuk ke-412 kalinya bukan saja karena ia ingin merasa nyaman, hal ini juga membantu anak kecil untuk memperkirakan apa yang akan terjadi berikutnya, yang akan membuat mereka merasa telah menguasai sesuatu. Ketika kita membacakan cerita favoritnya, coba berhenti di bagian-bagian yang penting. Batita biasanya senang mengisi nama karakter atau jalan cerita yang ‘hilang’, dan mereka sangat senang jika telah turut ‘membantu’ anda untuk membacakan cerita tersebut.

Studi Kasus #6: Tanpa Busana

“Batita terkadang mempersepsikan tidak memakai baju sebagai bentuk kebebasan. Kebiasaan berlari-lari sebelum atau setelah mandi dalam keadaan telanjang merupakan salah satu pengekspresian kebebasan mereka.” kata Seni. “Walaupun suatu bentuk pengekspresian yang spontan, namun batita tidak bisa dibiarkan terlalu lama bertelanjang tanpa peringatan, karena dikhawatirkan mereka menjadi kurang paham aturan untuk menutup anggota tubuhnya yang sensitive, terutama alat kelaminnya.”

Studi Kasus #7: Perampasan Barang Elektronik

Teman saya sudah hafal, jika sedang asik chatting online dengan saya dan tiba-tiba keluar kata-kata ajaib di layar komputer, sudah pasti itu kerjaan Aluf. Padahal saya sudah membelikan dia mainan berbentuk laptop yang bisa dipencet-pencet juga, tapi herannya tetap saja laptop saya yang lebih digemarinya. Pada dasarnya batita akan tertarik dengan apa yang sering dipegang oleh papa dan mamanya. “Susunan tombol-tombol itu sendiri sudah menarik minat batita untuk menyentuh satu persatu apalagi jika ia semakin paham bahwa gerakan memijit salah satu tombol akan menimbulkan bunyi tertentu dan menyebabkan terjadinya suatu kejadian baru, misalnya bunyi remote AC, bunyi pada handphone atau saat menyalakan TV.” Semakin sering anda ‘memainkan’ benda tersebut, semakin penasaran dirinya. Jadi jika kita memang terus-terusan mengetik di BlackBerry, jangan heran jika benda tersebut yang paling sering dirampasnya!

Studi Kasus #8: Ritual Sebelum Tidur

Ritual si kecil sebelum tidur memang bermacam-macam dan bikin geli. “Mengulang ritual sebelum tidur sebenarnya merupakan pembiasaan yang baik pada batita sebagai dasar melatih disiplin pada kebutuhan dirinya.” Ujar Seni. “Ada batita yang harus selalu melalui ritual yang sama persis dan gelisah jika ada salah satu yang tidak ia lakukan, misalnya ia tidak dapat tidur jika sesekali Ibunya tidak membacakan cerita dulu sebelum tidur, tetapi ada juga batita yang cukup fleksibel sehingga ia lebih terikat pada batas waktu tidur dibandingkan ritual yang dijalankan. Agar kegiatan “ritual” ini tidak malah membuat batita menjadi seorang pribadi yang kurang fleksibel dan menjadi kurang nyaman jika “ritual” tidak dilakukan, orang tua perlu sesekali merubah urutan aktivitas ataupun membuat variasi aktivitas sebelum tidur ini. Hal ini penting agar mereka dapat menjadi seorang anak yang bisa beradaptasi dalam berbagai situasi baik yang menyenangkan ataupun situasi darurat yang kurang menyenangkan. Yang terpenting doa sebelum tidur dan ciuman di dahi atau pelukan yang sebaiknya tetap dilakukan sebagai penutup aktivitas hari bagi batita.“

Artikel ini pernah dimuat di majalah Parenting Indonesia.

Share Article

author

affi

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan